Mohon tunggu...
Mohamad Sholihan
Mohamad Sholihan Mohon Tunggu... -

Selain sebagai reporter, saya juga menggeluti dunia pengobatan alternatif tenaga dalam supra natural jarak jauh dan metode strum alran listrik. Kunjungi blog saya: Hmsholihan.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tidak Punya Hati dan Lidah

22 Februari 2012   01:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:21 1392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menyerukan perbuatan baik dan mencegah kemunkaran adalah salah satu tugas seorang muslim terhadap masyarakatnya. Jika melihat orang lain berbuat dosa atau melakaukan perbuatan maksiat lainnya, maka kita tidak boleh berdiam diri saja. Kita harus menasehatinya, memperingatkannya, dan mengajak agar mereka beribadah kepada Allah. Sebab, membiarkan perbuatan maksiat terjadi merupakan sikap tercela yang harus dihindari. Sungguh merupakan langkah yang baik jika kita mampu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Dari Usman R.A, mengatakan, “Aku menemukan kenikmatan beribadah dalam empat hal. Pertama, dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban dari Allah. Kedua, dalam menjauhi segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Ketiga, dalam amar ma’ruf dan mencari pahala dari Allah. Keempat, dalam nahi munkar dan terpelihara dari kebencian Allah.

Yang dimaksud dengan ma’ruf adalah segala sesuatu yang dipandang baik menurut ketentuan syariat Islam. Sedangkan yang dimaksud dengan munkar adalah segala sesuatu yang tidak diridhai Allah, baik yang berkaitan dengan perkataan yang diucapkan maupun perbuatan.

Bahkan orang yang beramar ma’ruf dan nahi munkar itu bisa menjadi ukuran beriman tidaknya seseorang. Dalam Al-Qur’an, Allah menjelaskan, “Mereka itu tidak sama, di antara ahli kitab ada golongan yang berprilaku lurus, mereka membaca ayat Allah beberapa waktu di malam hari. Sedangkan mereka juga bersujud (shalat). Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir (kiamat), menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, dan bersegera mengerjakan berbagai kebajikan. Mereka inilah orang-orang yang shaleh.” (Q.S Ali Imran 113-114).

Dalam ayat ini sudah jelas bahwa Allah tidak akan mengakui mereka termasuk dalam golongan orang-orang yang baik hanya dengan semata-mata beriman kepada Allah dan hari akhir kecuali kalau keimanannya itu diiringi dengan mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah perbuatan yang munkar.
Bagi orang-orang yang meninggalkan amar ma’ruf dan munkar, Allah menegaskan sebagai orang-orang yang telah keluar dari kriteria orang-orang yang beriman. Sebab mereka telah durhaka dan melanggar perintah Allah. Satu dengan yang lain, tidak berani melarang perbuatan munkar.

Allah juga mengingatkan, “Tatkala mereka melupakan apa saja yang telah diperingatkan kepadanya, maka Kami selamatkan bagi orang-orang yang mau melarang dari perbuatan munkar dan Kami timpakan siksa yang amat pedih bagi orang-orang yang selalu berbuat maksiat.”

Suatu hari istri Rasulullah, Siti Aisyah berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Telah disiksa suatu penduduk kampung di mana di antaranya terdapat delapan belas ribu orang. Mereka berbuat sebagimana perbuatan para Nabi. Kemudian para shahabat bertanya, Mengapa siksaan itu bisa terjadi ya Rasulullah? Nabi menjawab, mereka tidak marah karena Allah, tidak menyuruh melakukan perbuatan baik, dan tidak mencegah kemunkaran.”

Pada suatu kesempatan Shahabat Abu Dzar Al-Ghaffari berkata, ”Bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiqi R.A pernah bertanya kepada Rasulullah, adakah jihad selain memerangi orang-orang Musyrik? Rasulullah menjawab, ada wahai Abu Bakar, bahwa Allah mempunyai pejuang-pejuang di bumi yang lebih utama daripada orang-orang yang mati syahid. Allah membanggakan kepada Malaikat lantaran perbuatan mereka itu. Bahkan langit dan surga berhias untuk menyambut mereka sebagaimana Ummu Salmah berhias diri untuk Rasulullah.”

Abu Bakar kemudian bertanya, ”Wahai Rasulullah, siapakah mereka itu? Nabi menjawab, yaitu orang-orang yang menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan munkar, berkasih sayang di jalan Allah dan bersikap marah di jalan Allah.”

Tapi kenyataan yang terjadi di masyarakat, banyak anggota masyarakat yang hanya melakukan kesalehan sendiri, yakni hanya mementingkan beribadah untuk sendiri, tetapi tidak peduli dengan kemaksiatan yang terjadi di lingkungannya.

Seorang muslim sejati seharusnya selain memiliki kepekaan pribadi juga kepekaan sosial, sehingga ia merasa tidak akan puas hanya dengan kesalehan pribadinya sendiri. Ia punya komitmen yang kuat untuk mentransfer kesalehannya kepada orang-orang yang ada di sekelilingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun