Mohon tunggu...
Mohamad Ramadhan Argakoesoemah
Mohamad Ramadhan Argakoesoemah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen STIE Indonesia Banking School

Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen STIE Indonesia Banking School

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Titik Temu Perbankan dan Pasar Modal

3 Juli 2024   23:09 Diperbarui: 3 Juli 2024   23:22 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejumlah 7 kota di Belanda mendirikan kongsi VOC. Bagi masyarakat dibuka kesempatan untuk berinvestasi di VOC dengan menerbitkan surat kepemilikan saham untuk membiayai VOC dengan menjanjikan memberikan dividen. VOC dapat berdagang dari Belanda, Indonesia hingga Jepang, memiliki risiko besar namun dapat memperoleh dividen sangat besar sehingga harga sahamnya meningkat pesat hingga VOC menjadi perusahaan kongsi terbesar di dunia pada saat itu. Perancis, Inggris dan negara lainnya juga ikut mendirikan perusahaan kongsi, melihat kesuksesan VOC oleh Belanda. Sebelum ada gedung Bursa Amsterdam, orang-orang bertransaksi di atas jembatan dengan melihat nilai yang dibawa oleh setiap kapal VOC yang datang ke pelabuhan. Oleh sebab itu didirikan gedung Bursa Amsterdam yang menjadi awal mula bursa perdagangan dunia yang dilakukan di dalam gedung.

Masing-masing bank dan bursa efek punya pasarnya masing-masing namun secara bersama-sama dapat berkontribusi bagi kemajuan bangsa, itulah titik temu perbankan dan pasar modal. Perbankan melayani pasar uang dan bursa efek melayani pasar modal. Dari semua aksi perusahaan perlu pembiayaan, maka dari itu perusahaan menerbitkan surat utang untuk membiayainya, begitu pun pemerintah dalam membiayai perang. Surat utang yang diterbitkan pemerintah negara bagian diakui dan akan ditanggung oleh negara federal Amerika sehingga masyarakat yang membeli merasa percaya bahwa surat utang tersebut memiliki nilai. Sejumlah 13 negara bagian dan negara federal melakukan kesepakatan di sebuah pohon di kota New York pinggiran laut yang bernama Wallstreet (karena di bawah pohon ada tembok) di sini awal muncul New York Stock Exchange. Di sana dicantumkan surat-surat yang pernah diperdagangkan dan yang terbanyak adalah surat utang bukan saham.

Bank sentral dihadirkan pertama kali untuk mengawasi bank-bank di negara federal. Saat rempah-rempah tidak memiliki nilai tinggi lagi, mulai muncul kebun teh dan kebun kopi yang pembiayaannya melalui penerbitan surat utang yang diawali dengan pembangunan kebun teh Goalpara di Jawa Barat. Bursa efek adalah berasal dari bahasa belanda "efek" yang berarti surat berharga, karena bursa efek bukan hanya melayani perdagangan saham saja, banyak instrumen investasi yang dilayani. Ketika jepang melalukan invasi maka Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya ditutup karena perang bergejolak. Untuk pertama kali, Indonesia membiayai pembangunan dengan menerbitkan surat utang atau ORI yang merupakan singkatan dari Obligasi Republik Indonesia tahun 1951 yang dapat dibeli oleh masyarakat. Sehingga bursa efek kembali dibuka kembali dan dikelola oleh PPUE dan Bapindo.

Semua perusahaan efek Belanda yang beroperasi di Indonesia dibubarkan. Hal ini menjadi gejolak ekonomi dan ketidaktertarikan masyarakat pada efek yang dijual di bursa efek. Lalu mulai membaik setelah orde baru. Bursa Efek Jakarta berdiri belakangan, awalnya berdiri dulu Bursa Paralel Indonesia dan Bursa Efek Surabaya. Ketiga bursa merger menjadi Bursa Efek Indonesia. Perbankan diatur oleh bank Indonesia yang mengatur terkait pembayaran moneter (M1 giro dan M2 deposito) serta manajemen sehari-harinya diatur oleh OJK. Bursa efek diatur oleh OJK bagian pasar modal. Pasar obligasi korporasi bisa tumbuh karena punya fleksibilitas ruang yang luas. Investasi jangka pendek bisa dengan perbankan, sedangkan investasi jangka panjang bisa dengan pasar modal. Sektor obligasi korporasi paling besar adalah di bidang keuangan perbankan sehingga perbankan erat berhubungan dengan pasar modal.

Diterbitkan suatu instrumen pasar modal (SMF) yang memiliki hak untuk membeli utang piutang kredit kepemilikan nasabah (KPR dan KKB) Bank BTN atau sekuritisasi. Bank BTN yang pertama kali menginisiasi hal tersebut. Kartu kredit juga dapat disekuritasi. Semenjak tahun 2004, IHSG melejit pesat dari 1.000 meningkat pesat hingga 3.000 ke atas berkat IPO berbagai perusahaan perbankan di Indonesia. Kalau perbankan dalam keadaan sehat, maka pasar modal Indonesia akan sehat juga. Perbankan adalah bagian penting dari pasar modal sehingga saling bersinergi memfasilitasi perkembangan perekonomian Indonesia. Mereka sama-sama memiliki kepentingan dan berada pada koridor yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun