Mohon tunggu...
Mohamad Ramadhan Argakoesoemah
Mohamad Ramadhan Argakoesoemah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen STIE Indonesia Banking School

Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen STIE Indonesia Banking School

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menelisik Global Economic Outlook 2023 dan Dampaknya Pada Kondisi Perekonomian Indonesia

28 Agustus 2023   14:44 Diperbarui: 28 Agustus 2023   14:49 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Jika The Fed kembali menaikkan suku bunga 50 basis menjadi di atas 6 persen maka akan menjadi kesulitan bagi Bank Indonesia dalam mempertahankan suku bunga acuan pada posisi 5,75%. US economy saat ini cukup baik di 2023, namun patut dipertanyakan apakah di tahun 2024 akan berdampak besar akibat kembali terdapat kenaikkan suku bunga. Kalau suku bunga higher for longer maka pertumbuhan ekonomi akan lower for longer.

Cukup sulit memprediksi apakah pandemi akan kembali lagi. Inflasi dan BI 7-Day Repo Rate pada posisi 5,75% dan mungkin akan menurun pada posisi 5%. Harusnya election akan membantu meningkatkan konsumsi belanja pemerintah atau government expenditures. Namun risiko climate crisis dan keterbatasan produksi pangan bisa mengakibatkan inflasi di tahun depan karena bisa ada pembatasan ekspor-impor pangan. 

Jika ini terjadi, maka akan mendorong inflasi lebih tinggi lagi. Kita ke depan harus melihat current defisit yang dapat melebar pada tahun 2024 hingga 2025 sehingga harga komoditas mengalami tekanan juga. Pada tahun 2024 akan berlangsung election di bulan Februari sampai pelantikan pemimpin baru di bulan Oktober, maka dari itu dunia usaha akan wait and see lebih lama.

Ekspektasi pertumbuhan global akan lebih panjang lagi karena pertumbuhan perekonomian kecil untuk bisa rebound. China tidak akan berubah perekonomiannya, namun sebelum pandemi IMF telah berekspektasi bahwa pada tahun 2026 hingga 2027 ekonomi China hanya tumbuh 3,6 sampai 4 persen saja. Lupakan pertumbuhan ekonomi China bisa double digit ke depannya, karena paling besar diprediksi hanya sampai 5 persen perkiraannya. 

Urgensi bagi pemerintah Indonesia untuk mampu mendorong ekspor di berbagai sektor agar Indonesia tidak hanya ekspor berbasis sektor komoditas saja. Ketika perekonomian China bisa tumbuh di 6,3 persen pada kuartal kedua tahun 2023, market sebenarnya berekspektasi tumbuh di posisi 7 persen, maka pertumbuhan ini sebenarnya tidak terlalu tinggi. 

Pertumbuhan tidak terlalu tinggi karena dibatasi dengan adanya permasalahan geopolitik dunia. Kalau China mengekspor deflasi, maka China akan menyebarkan produk-produknya diekspor ke negara-negara di Asia termasuk Indonesia. Kita bisa melihat juga bawha pinjaman properti di China mengalami drop dan kurang optimis terhadap kelancaran pelunasan pinjamannya karena total pinjamannya sudah mencapai 5 ribu triliun.

Dampak pelemahan perekonomian dunia ke Indonesia itu konstan terdampaknya kepada sektor industri garmen, produk olahan, dan furnitur yang banyak diekspor ke Amerika Serikat. Sebesar 52 persen produk sektor industri garmen Indonesia diekspor ke Amerika Serikat. Sedangkan sebesar 56 persen produk sektor furnitur diekspor ke Amerika Serikat.  Terdapat tantangan bahwa neraca perdagangan Indonesia akan mengalami penurunan. Penurunannya sangat agresif di beberapa produk ekspor Indonesia terutama di sektor komoditas. 

Sekitar 38 persen ekspor Indonesia dikontribusikan oleh sektor commodities related. Impor barang konsumsi relatif kecil. Impor raw material mengalami penurunan di beberapa sektor yang sebenarnya sudah mulai menurun sejak tahun 2022. Kenaikan pada sektor batu bara dan CPO yang mendorong pertumbuhan neraca perdagangan kita. Ke depan, harga komoditas tantangannya yaitu jika terdapat commodity crash maka akan bad bagi Indonesia karena related pada sektor komoditas. Namun kondisi Indonesia masih dalam keadaan baik karena masih berada di atas brake-event price.

Marginnya masih cukup tebal bagi para pengusaha komoditas di Indonesia, meskipun Indonesia membebani peraturan 30 persen DHE valas kepada mereka. The Fed mengeluarkan guidance untuk tahun 2023 mengenai ekspektasi suku bunga acuan diekspektasikan sebesar 5,75 persen dan terjadi pemangkasan pada tahun 2024 yang diekspektasikan dapat menurun menjadi 4,25% sampai 4,5%. 

Pada bulan september 2023, diekspektasikan suku bunga acuan pada posisi 5,5%. Pola GDP, inflasi dan policy rate masih slowing down dan berharap di tahun 2024 akan ada rebound. Inflasi dibantu oleh pola daya beli masyarakat yang ekspektasinya bisa melandai di tahun 2024. Bond yield Indonesia mengalami kenaikan namun masih terkendali di bawah 6,3 persen di tengah kenaikan harga BBM, kenaikan suku bunga acuan Indonesia, inflasi Amerika Serikat dan kenaikan suku bunga acuan The Fed. Dengan berbagai sentimen ini, Indonesia masih dapat stabil pada performance nilai tukar rupiahnya yang relatif cenderung menguat. For stronger US$ to lower US$, banyak yang memproyeksi nilai tukar rupiah dapat berada di Rp14.800. 

Indonesia sebenarnya masih di posisi sangat baik. Indeks kerentanan kita termasuk rendah pada posisi 4,7 persen. Nilai tukar Indonesia tidak terbang terlalu jauh karena pertumbuhan perekonomian Indonesia relatif baik. Ada opportunity pertumbuhan perekonomian Indonesia di tengah menuju tahun politik 2024. Musuh terberat Indonesia saat ini adalah pandemi yang membatasi aktivitas masyarakat, maka di sini diharapkan dukungan pemerintah yang lebih kuat lagi dalam rangka pemulihan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun