"...Sebab kamar yang baik itu, ialah yang menyimpan ratusan dan bahkan ribuan buku yang belum terbaca."--(Nasim Nicholas Taleb).
Saya bukan pembaca yang baik. Nyatanya, saya belum juga menyimpan buku-buku yang belum terbaca itu. Wajar, keterbatasan itu tumbuh  tidak dengan rutinitas berbelanja buku setiap saat. Punya uang iya, tapi masih tertutupi oleh kehidupan diri seorang perantau. Tapi syukur, ditengah keterbatasan itu, saya masih punya keinginan membeli beberapa buku. "Setidaknya uang orang tua tidak habis untuk membeli minuman Boba-Ayang," kata teman saya. Mungkin karena kekalahan-nya dalam romantisme, sampai ia bilang begitu. Coba kalau tidak. Tapi sialnya, teman saya ini bukan juga seorang pembaca buku. Ia justru ikut-ikutan mengantri, bersama orang-orang kalah tadi. Kalah dalam menumpuk buku bacaan untuknya. Dan, mendengar perkataan-nya tadi. Saya sedikit mengingatkan-nya, dengan satu ungkapan dalam buku "Pejalan Anarki". Salah satu buku yang ikut mengawali dunia kampus saya tiga tahun yang lalu.. "..Bro sebab Kesia-sisan ada, justru karena manusia tidak sibuk dengan Buku, Gunung, Cinta, dan Kopi."--El, (Pejalan Anarki). Tegas saya padanya, saat itu.
Sungguh ia teman yang malang. Dan, saya sudah banyak melihat orang-orang yang malang seperti itu. Tapi tak mau memberi iba, selain khawatir dan sering kali mencoba mengingatkan. Namun, kebiasaan mencintai buku, jangankan di Masyarakat secara luas. Di kampus, atau di organisasi kemahasiswaan saja, fenomena kesia-sian ini seringkali masih luput dari kekhawatiran bersama. Bukan karena sulitnya mengakses bahan bacaan. Tapi memang "Daya nalar dan daya tahan, yang masih teramat sulit untuk menjadi kesadaran pada ruang yang sedang mereka hidupi," Kata guru saya.
**
Berikut, saya akan mencoba bercerita dan membuat penilaian, yang tidak juga subjektif sebenarnya. Penilaian yang tumbuh di dalam melihat organisasi saya, utamanya pada PC IMM Kota Manado, selama setahun ini. Ini menyerupai sebentuk refleksi, sejak berdirinya Perpustakaan-Mini Berdikari Merah PC IMM Manado.
***
Dua tahun yang lalu. Tepatnya saat saya dan kawan saya berangkat mengikuti perkaderan jenjang dua di Jawa Tengah. Saat melanjutkan perjalanan pulang. Kami berdua masih memilih menetap di Yogyakarta, selama dua pekan. Sebelum akhirnya benar-benar melanjutkan perjalanan pulang ke Manado. Di Yogyakarta saat itu, telah benar-benar memupuk banyak harapan. Utamanya harapan kami pada organisasi tercinta IMM Cabang Manado. Selama dua pekan di Yogyakarta ini. Membeli buku adalah hal utama yang menjadi keinginan orang-orang seperti kita. Selama seminggu, tugas kami berdua di Yogyakarta hanya pulang-balik ke taman Pintar dan tempat-tempat percetakan buku yang lainnya. Niat awal kami hanya untuk menambah tumpukan bacaan baru di kamar kos-kosan. Nanti, sekembalinya kita di Manado. Tapi niat itu berubah. Dua minggu setelah tiba di Kota Manado. Buku-buku hasil buruan kami pun tiba. Entah, kenapa buku-buku itu datang bersamaan dengan cita-cita dalam membangun semangat: Kerja-kerja keilmuan di PC IMM Manado.
Di sinilah awal-mulanya, kami menggagas Perpustakaan-Mini Berdikari Merah. Sebab, ide dan gagasan itu tumbuh dari beberapa faktor.
Pertama, digagasnya perpustakaan-mini ini adalah untuk menjaga dan merawat nilai-nilai 'intelektualisme' di dalam tubuh ikatan ini.
Kedua, digagasnya Perpustakaan-mini ini adalah mencoba mengaktualkan pesan dari sosok Intelektual Cum Ulama Bangsa: Buya Ahmad Syafi'i Ma'arif. Buya berpesan kepada anak-anak Muda Muhammadiyah agar terus "Memperkuat Literasi, membuka radius pergaulan agar terhindar dari fanatisme buta".
Ketiga, digagasnya Perpustakaan-Mini ini merupakan salah satu ruang untuk menjawab, tantangan serta ikut menawarkan metode bagi keberadaan kader-kader.
Keempat, digagasnya perpustakaan-mini ini, tidak hanya diarahkan pada ruang perpus tanpa gerakan--dalam menumbuhkan kembangkan nilai-nilai IMM secara kreatif. Maka ikut digagasnya tradisi Rabu-Candu, sebagai hari perpustakaan-mini. Yang memuat agenda beda buku, beda jurnal, beda Film, kelas belajar, kelas menulis dll, bersama seluruh kader IMM Se-Kota Manado.
**
"..Membaca lah bak mata capung yang nantinya bisa melihat semuanya lebih jauh dan lebih luas."--(Filsuf Bryan Mage).
Dari, semua agenda Perpustakaan-mini yang telah berjalan setahun ini. Tumbuh beberapa pertanyaan dan catatan di hari Perpustakaan Nasional kali ini. Pertama, Sudah sejauh mana keberadaan Perpus menjadi surplus bagi tumbuh dan lahirnya kader-kader yang punya semangat intelektualisme? Artinya, layaknya bayi yang secara biologis membutuhkan susu. Begitu juga seharusnya--dengan menjadi kader IMM. Jangan sampai, setiap tahunnya kita hanya menyumbang "kontradiksi-ideologis", di dalam persyarikatan ini. Menggelembung dengan masa tanpa diikuti dengan semangat belajar lewat ruang Perpustakaan-mini dan ruang-ruang belajar yang lainnya yang ada di IMM.  Kedua, Apa yang akan dilanjutkan dari tradisi perpus serta ide dan gagasan baru apa yang akan dibuatnya? Melakukan hal itu tidak lah mudah, perlu berpikir keras apalagi kehadiran gagasan perpus nantinya masih tetap  diiringi dengan kemalasan bersama untuk menjadikan wadah membangun infrastruktur keilmuan pada masa depan IMM Manado, kedepannya. Ketiga, sejauh mana ruang Perpustakaan-mini teleh diarahkan pada--cara-cara memahami penghidupan Masyarakat perkotaan?, hal inilah yang harus terkoneksi dan terintegrasi dari ruang belajar ke tanah yang sedang di jinjit. Artinya, perlu untuk terkoneksi dan terintegrasi secara internal pada lokus dan fokus ruang kajian ke lokus dan fokus ruang Masyarakat perkotaan. Terakhir. Barangkali di tengah-tengah perbedaan tafsiran dan pemikiran di tubuh IMM Manado. Satu hal yang perlu secepatnya disadari bahwa ada perpustakaan-Mini Berdikari Merah, yang telah seluruh kader IMM Kota Manado biarkan kesepian. Ada buku-buku yang belum selesai terbaca di rak bersarang Laba-laba. Ada sejarah, ide, serta gagasan, yang siap menasehati dan memberi wejangan pada hidup yang selalu terlambat kita mengerti. Ada gelap yang belum kita terangi. Ada pemerintah yang zalim, belum kita didik dengan pemikiran dan perlawanan. Dan, ada Bung-Hatta yang masih mengangkat buku di tangan kiri-nya dengan pekikan "Merdeka!!",  di Sekretariat IMM Manado.
Selamat Hari Buku Nasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H