Mohon tunggu...
Moh Fikli Olola
Moh Fikli Olola Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Berdikari Merah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"Analisis Stakeholder Milad IMM Ke-58; Sebuah Sikap Kemandirian atau Klaim Otonomis?"

13 Maret 2022   14:07 Diperbarui: 13 Maret 2022   19:21 1261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: [Logo Milad IMM KE-58]

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dalam sejarahnya lahir dari rahim Muhammadiyah--yang pada saat itu dinahkodai oleh Djazman Al-Kindi, Rosyad Soleh, Noor Chozin Agham, Soedibjo Makoes dkk. Ikhtiar getir para Founding Father IMM saat itu, semuanya tak bisa lepas dari kekayaan gagasan dan keteguhan karakter diri yang beriringan--saat membangun IMM di tengah persoalan Kebangsaan dan kebutuhan Muhammadiyah secara internal. Kedua faktor kelahiran ini nyata teraktualisasi pada nilai-nilai ideologis dan gerakan IMM sampai saat ini. Meskipun, sampai pada penghujung hari menuju Milad IMM yang ke-58 ini, saya masih punya beberapa catatan untuk ditinjau kembali. Sebentuk catatan bersama akan pengalaman serta dinamika, yang sedang dan mungkin akan IMM hadapi.

Dewasa ini, kian banyak kader-kader IMM yang kesulitan dalam menetapkan outline-outline yang terukur pada fokus tertentu, dalam melihat masalah di luar internal IMM hari ini. Minimal dimulai dari bertanya. Misalkan, bagaimana umat manusia ditengah kemerosotan sistem daya dukung kehidupan di bumi yang tengah menuntun kita ke arah bencana? Bagaimana nasib bangsa hari ini yang mulai ditenggarai oleh oligarki besar, dan diikuti dengan upaya-upaya pembungkaman ruang-ruang Demokrasi? Bagaimana dengan maslaah Dehumanisasi keyakinan dll yang secara konstitusional dan non-konstitusional kian mengakar?, Serta sekelumit masalah kehidupan yang lainya yang terus hadir, bahkan berkait kelindan. Sekali lagi, ada banyak masalah, tapi kita tidak dibentuk pada proses-hanya memikirkan masalah, tanpa penyelesaian atau minimal upaya pemetaan secara konsisten masalah yang ada.

Dan, upaya itu yang sedang saya lihat dari tema Milad kali ini: "MENGUATKAN KEMANDIRIAN". Entah akan diikuti dengan upaya perubahan dan pematangan pola kaderisasi yang baru, secara integral. Atau, sekedar hanya mengafirmasi semua kenyataan masalah yang ada--sebagai sebuah sikap, atau kalim otonomis IMM, sebagai organisasi Intelektual. Yang juga dituntut, harus mempunyai kemandirian Ekonomi (Intelektual-eterpeneur).

Kedua-duanya memang sama-sama penting. Namun, masih perlu kerangka yang jelas. Apalagi untuk Internalisasi dan eksternalisasi; ide-gerakan IMM.
Maka untuk isi tulisan kali ini saya akan coba fokus pada dua lokus masalah dari frasa tema Milad, yang menurut saya itu belum terlalu jelas.

Perubahan Dan Pematangan Pola Kaderisasi secara integral

Dengan mengangkat tema Milad "MENGUATKAN KEMANDIRIAN". Pertama, asumsi dasarnya bahwa IMM mulai sadar, terutama yang ditingkatkan top-level (Pusat), akan posisi seorang Intelektual. Apa itu Intelektual? Apa fungsinya dalam masyarakat? Bagi Edward Said, seorang Intelektual adalah "pencipta sebuah bahasa yang mengatakan yang benar kepada yang berkuasa." Otomatis ini adalah posisi, bukan ke-akomodasi (Baca; kekuasaan).   Artinya seorang Intelektual, ialah yang memiliki keteguhan sikap mandiri dan tak mau kompromi, selain konfrontatif pada "Power". Lalu bagaimana kaitan  internalnya dengan pola pembentukan karakter setiap kader, dalam realasi aktualnya--pada sekelumit kenyataan buruk, terutama situasi Keindonesian hari ini? Untuk upaya perbaikan pada proses kaderisasi mungkin, dan bahkan sedang dan berjalan. Misalkan di Sulawesi Utara sendiri, kita mempunyai LSO (Lembaga Semi Otonom) "Madrasah Intelektual Ahmad Syafii Maarif", sebagai wadah keilmuan yang membasiskan pemikiran kader-kader IMM pada semangat Intelektualisme sang-Muazin Bangsa: Buya Safii Maarif.
Nah, ini yang saya maksud untuk diperjelas. Misalkan, bagaimana tema Milad ini mempunyai analisis "StakeHolder" yang bisa menopang sekelumit masalah realitas yang ada, melalui perubahan dan pematangan pola kaderisasi yang lebih tajam dan baru lagi. Karena belum juga, jika kita melihat keharusan posisi dan sikap yang harus diambil oleh masing-masing DPD, ke-masing-masing Pimpinan Cabang dst. Apakah kemandirian tanpa kerapian sikap-ide-gerakan, akan membuat kita benar-benar mandiri?

Saya punya dua contoh lagi, secara Internal & eksternal untuk cabang Manado sendiri. Secara Internal: Bagaimana tantangan--konstruksi kehidupan sosial pasca pandemi--yang banyak menghantarkan manusia, pada kehidupan eksklusif-Nya melalui konstruksi wacana-pisikologis: Healing dsb. Yang akhir-akhir ini sedang marak, dan sedang mempengaruhi pola kerja-kerja keilmuan, dan bahkan gaya berorganisasi-nya kader-kader IMM hari ini? Juga bagaimana misalnya menjawab, pola penanaman sikap Intelektual pada kampus-kampus eksakta dsj? 
Secara eksternal: StakeHolder semacam apa dan bagaimana, yang bisa IMM pegang bersama dalam menyikapi problem Masyarakat Kota: Nelayan, petani dan kelompok-kelompok Minoritas yang ada. Artinya, dengan meminjam istilah Mao--'kita mulai mempelajari penghidupan rakyat'. (Martin Suryajaya: Materialisme Dialektika 2012).

Intelektual-Enterpenur: Sikap Kemandirian atau kalaim Otonomis IMM?

"Iklim perpolitikan hari ini sedang buruk, maka kita harus memperbaiki ekonomi kita untuk masuk dan terlibat dalam mengepalai kebijakan yang ada, kedepannya," Ketum DPP IMM (Abdul Musyawir Yahya). Untuk sikap ini saya kurang sepakat, jika kemandirian ekonomi di IMM bisa mengafirmasi sikap politik, seperti yang dicanangkan oleh Pimpinan Pusat IMM hari ini. Dengan mengafirmasi sikap seperti itu, hal ini menunjukan bahwa sikap "MENEGUHKAN KEMANDIRIAN", hanyalah klaim otonomis, bukan sebuah sikap yang di ikuti oleh perubahan dan pematangan karakter, melalui analisis StakeHolder: setiap medan problematik yang IMM hadapi, besok dan yang akan datang, melalui pola pemetaan metode yang tepat.
***
"Kritik adalah paradigma orang Modern. Dalam kritik kita menemukan laku 'destruktif kreatif'. Menghancurkan objek kritik sekaligus mengubahnya menjadi baru. Dengan demikian, kritik meniscayakan adanya kebaruan, dan dalam kebaruan itu kita temukan pembebasan".
-Martin Suryajaya; (Memparafrasakan Marx pada salah satu kumpulan Esai "Mencari Marsixme").

Melihat dari laku paradigma moderen seperti itu, bukan satu hal yang baru, atau sedang dalam proses menjadi di organisasi ini. Semangat gerakan tajdid; penegasan sikap Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan di tengah arus globalisasi, yang juga mencerminkan nafas panjang gerakannya, sejak awal berdiri. Ditambah dengan semangat ideologis dari salah satu nilai Tri-Kompetensi IMM; "Intelektualitas", serta posisinya sebagai Mahasiswa. Rasa-rasanya sudah keterlaluan jika semangat kemandirian masih mengafirmasi pada posisi kompromis seperti yang telah ditawarkan oleh Pimpinan Pusat IMM melalui visi dan frasa tema Milad yang diangkat kali ini: "MENEGUHKAN KEMANDIRIAN".

Selamat Milad IMM yang Ke-58

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun