Fenomena politik yang sedang ramai diperbincangkan pada ranah kepemiluan terjadi polemik yang cukup gaduh, isu yang terekspos ke media mengatakan bahwa pemilu 2024 menggunakan sistem proporsional tertutup. Ini bermula dari wacana salah satu partai yaitu PDIP, partai besutan Megawati Soekarno Putri ini menganggap bahwa sistem proporsional terbuka atau mencoblos calon anggota legislatif (caleg) yang diterapkan saat ini menelan ongkos Pemilu yang sangat mahal.Â
Wacana ini menjadi isu kontroversial dikalangan partai-partai yang melontarkan banyak penolakan terhadap isu tersebut.penolakan keras datang dari delapan parpol di parlemen. Mereka adalah Partai Golkar, Gerindra, Demokrat, PKB, PAN, NasDem, PPP, dan PKS. Penolakan yang diinisiasi Golkar itu meminta agar MK tetap mempertahankan aturan mencoblos caleg di Pemilu 2024. "Kami menolak proporsional tertutup dan memiliki komitmen untuk menjaga kemajuan demokrasi di Indonesia yang telah dijalankan sejak era reformasi. Sistem pemilu proporsional tertutup merupakan kemunduran bagi demokrasi kita," bunyi salah satu poin pernyataan sikap delapan parpol.
PDIP memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi apabila pemilu menghendaki rakyat mencoblos partai alih-alih para Caleg. Pasalnya, sejak awal daya tarik PDIP memang lebih kepada partai itu sendiri ketimbang tokoh-tokoh calegnya.
Oleh sebab itu, kekhawatiran berkurangnya perolehan suara jika pemilu dilakukan dengan proporsional tertutup menjadi alasan parpol lainnya sepakat menolak wacana tersebut.
Sistem proporsional terbuka dalam demokrasi Indonesia memang masih memicu pragmatisme politik. Kendati demikian kembali sistem proporsional tertutup hanya akan membawa Indonesia kembali ke masa lalu.
Mahasiswa Ilmu Politik FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Mohamad Fazrial Ihfron, mengatakan bahwa sistem proporsional tertutup jika diterapkan pada pemilu 2024 merupakan peristiwa kemunduran demokrasi di Indonesia, dan sudah jelas ini menguntungkan partai pendukung yaitu PDIP.
Mahasiswa asal Depok itu mengaku, "proporsional tertutup itu kan hanya mencoblos logo partai bukan caleg, berarti menjadi pertanyaan besar siapa wakil yang akan dipilih oleh partai untuk duduk di bangku parlemen, kalau seperti ini jelas sekali siapa yang mempunyai kedekatan oleh elit-elit partai itu kemungkinan besar dipilih." Ujarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H