Mohon tunggu...
Mohamad Fauzan Naufal
Mohamad Fauzan Naufal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta Prodi Pendidikan Sosiologi

Anything But Here

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan dan Peluang Efektivitas Pembelajaran Daring

21 Mei 2022   20:33 Diperbarui: 21 Mei 2022   20:37 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disusun Oleh : Mohamad Fauzan Naufal

Sistem pembelajaran berbasis daring yang menjadi keputusan internasional sebagai upaya pencegahan penyebaran virus corona ini meniumbulkan berbagai permasalahan didalam prosesnya. Hal yang menjadi kendala dalam melaksanakan system proses pembelajaran berbasis daring ini diantaranya adalah seperti kemampuan guru dalam mengoperasikan perangkat digital, ketersediaan sarana prasarana yang dimiliki siswa, dan beberapa permasalahan yang ada didalam siswanya itu sendiri seperti motivasi belajar, komitmen, kedisiplinan dan lain-lain. Bagi beberapa pendidik menemukan kesulitan ketika ingin mengamati perkembangan siswa. Dan bukan hanya persoalan pendidikan saja yang mengalami perubahan, hamper semua aspek kehidupan seperti ekonomi, social, budaya dan bahkan agama pun mengalami beberapa perubahan perubahan demi menyesuaikan kondisi yang dihadapi dunia ini.

Kebijakan yang menyebabkan segala kegiatan pendidikan dilakukan di rumah mengharuskan para pendidik untuk lebih kreatif dalam membuat bahan ajar dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini membawa berbagai perubahan dalam kehidupan manusia. Namun, pesatnya perkembangan media social justru menjadi boomerang bagi para penggunanya. Tidak sedikit siswa yang salah menggunakan kemajuan teknologi ini. Alih-alih pendidikan bertujuan menciptakan siswa yang berkarakter justru malah sebaliknya.

Namun di sisi yang lain pemanfaatan teknologi informasi didalam lembaga pendidikan saat ini adalah sebuah trobosan baru, semua kagiatan dan aktifitas pendidikan tidak lagi dilakukan dengan system manual. Bahkan dari proses mengajar saat ini telah menggunakan system e-learning, bisa disimpulkan pendidikan saat ini dilaksanakan dengan basis teknologi informasi. System pendidikan berbasis teknologi informasi memberikan banyak manfaat, salah satunya adalah proses pendidikan tidak lagi bergantung pada ruang dan waktu. Yang artinya tidak ada halangan rintangan untuk setiap orang melaksanakan proses belajar mengajar dimanapun kapanpun. Dengan adanya pemanfaatan teknologi, pendidik dan peserta didik tidak lagi harus selalu bertatap muka dalam ruang kelas pada waktu yang bersamaan dan tidak memerlukan biaya mahal. Seorang peseerta didik di daerah dapat belajar langsung dari pakarnya di pusat melalui fasilitas internet atau mengakomodir suara dan bahkan gambar melalui platform aplikasi tertentu. Sekolah-sekolah dapat dengan mudah melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, di mana sekolah yang lebih maju dapat membantu sekolah yang belum maju, sehingga dapat diupayakan adanya pemerataan mutu pendidikan. Selain itu, model kelas online juga dapat digunakan untuk lembagalembaga pendidikan jarak jauh, seperti universitas dan sekolah-sekolah terbuka sangat menguntungkan dalam kondisi saat ini. Computer Aided Instruction (CAI) telah melihat sedikit peningkatan kinerja siswa pada pilihan ganda, pengujian standar dibeberapa daerah. CAI yang umumnya mengacu pada siswa belajar mandiri atau tutorial pada PC, telah terbukti sedikit meningkatkan nilai tes siswa dalam membaca dan matematika keterampilan atau mata pelajaran lain, meskipun apakah peningkatan ini berkorelasi dengan peningkatan yang signifikan dalam belajar siswa.

Hal ini tentu saja harus dibarengi dengan perkembangan kurikulum yang memiliki orientasi untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sebagai latar social untuk memvasilitasi proses pengembangan sikap, pengetahuan, dan pembentukan keterampilan peserta didik. Seperti yang dinyatakan oleh Habermas dalam proses belajar mengajar hendaknya memenuhi prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut: 1. Perlunya kegiatan yang bersifat koperatif dan kolaboratif, 2. Kebutuhan akan kegiatan berdasarkan diskusi (discussion-based work), 3. Perlunya belajar mandiri, melalui pengalaman dan fleksibel, 4. Perlunya belajar dengan diskusi (negotiated learning), 5. Perlunya belajar dengan komunitas untuk memahami dan menyelidiki lingkungan, 6. Perlunya aktifitas pemecahan masalah, 7. Perlunya memberikan peluang lebih besar hak-hak peserta didik, dan 8. Perlunya pendidik bertindak sebagai intelektual transformatif dengan mendorong kritik ideologi. Oleh karena itu, strategi pembelajaran yang relevan adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok dengan cara penguasaan materi bersama dan dapat mengimbangkan solidaritas sosial di kalangan siswa. Contohnya strategi pembelajaran koperatif dan kolaboratif. Selain itu teori belajar Habermas, di mana menurutnya belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan ataupun manusia, juga dapat membentuk pribadi humanistik. Teori ini mencakup tiga tipe belajar, yaitu belajar teknis, praktis dan emansipatoris

Menurut Bourdieu, sistem pendidikan dalam masyarakat modern selalu digunakan untuk mereproduksi kultural kelas dominan agar dapat terus mengendalikan kekuasaannya. Proses sosialisasi dalam dunia pendidikan menjadi budaya dominan dalam pembentukan sebuah relasi sosial antarmasyarakat. Hal ini berdampak pada terjadinya ketimpangan reproduksi kultural. Adapun ketimpangan reproduksi di bidang pendidikan tersebut berkaitan erat dengan konsep kekuasaan. Hal ini sejalan dengan Michael W. Apple. Apple melihat bahwa system pendidikan dan budaya adalah elemen yang penting dalam memelihara relasi dominasi dan eksploitasi di dalam masyarakat. Apple melihat bahwa pendidikan bukan suatu kegiatan yang netral dan bukan sesuatu yang taken for granted atau diterima begitu saja tapa ada pertanyaan kritis lebih lanjut. Kurikulum menurut Apple juga memproduksi ketimpangan struktur social yang ada di masyarakat. Praktik ketidaksetaraan ini bisa dilihat dengan adanya perbedaaj akses dalam memperoleh pengetahuan bagi sekelompok kelas social tertentu. Kurikulum senantiasa mengalami proses kontestasi agar dapat memupuk modal simbolik yang dimiliki penguasa. Kontestasi tersebut akan menghasilkan kelompok dominan yang berada di dalam arena tertentu sebagai pemenang. Kurikulum di sini menjadi arena pertarungan perebutan kekuasaan, serta arena memproduksi dan mendistribusikan modal-modal simbolik yang dimiliki. Dari pertarungan tersebut terjadi ketimpangan dalam proses pendistribusian modal sehingga berdampak pada terjadinya sebuah kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik merupakan mekanisme objektif agar penguasa dapat mempertahankan kekuasaan dan dominasi dalam ranah perjuangan tersebut.

Sebagai masyarakat dengan ekosistem digital yang semakin pesat seperti ini, tentunya hanya bisa di tangkal dan membawa dampak yang positif bagi diri sendiri jika kita membangun kesadaran dan pengetahuan dari tiap individu untuk dapat meningkatkan potensi teknologi informasi dengan kemampuan literasi digital dan dengan dibarengi dengan pikiran yang kritis. Dan penting untuk diingat bahwa konsep pendidikan dan institusi kritis bukan hanya ditunjukan untuk para siswa. Para pendidik dan peserta didik merupakan bagian dari manusia yang memiliki ragam perbedaan. Kurikulum harus mampu menunjukan ideology idealismenya dengan mengutamakan pendidikan yang bertujuan agar peserta didik memahami, mengjritisi, memproduksi ilmu pengetahuan sebagai alat untuk memahami realitas hidup dan mengubahnya. Mengacu pada konsep Imajinasi Sosiologis yang digagas oleh sosiolog C.Wright Mills, melalui imajinasi sosiologis dapat membantu individu memahami hubungan antar pengalaman kehidupan kesehariannya dengan struktur social dalam masyarakatnya.

Tulisan ini diharapkan menjadi pemantik bagi setiap individu untuk menyadari bahwasannya meski pembelajaran online memiliki beberapa rintangan dan masalah namun, pemanfaatan teknologi informasi dalam hal ini menyangkut bidang pendidikan merupakan sebuah trobosan baru yang mungkin akan membawa pendidikan kearah yang lebih modern dan memudahkan setiap individu untuk mengakses pendidikan dimanapun dan kapanpun tanpa harus bergantung pada ruang dan waktu. Pemerintah, pendidik siswa, orang tua/wali, ilmuan, ahli teknologi, ahli pendidikan, ahli filsafat, para sosiolog, antropolog diharapkan dapat saling bekerja sama dengan segala bentuk dan mempertimbangkan bentuk strategi pendidikan yang berbasis daring mengingat ketersediaan informasi yang melimpah dari sumber-sumber di seluruh dunia dapat menambah pengayaan materi dengan jumlah yang tidak terbatas.

Referensi :

Hidayat, R. (2011). Pengantar Sosiologi Kurikulum (Ed.1, Cet.3). Depok: RajaGrafindo Persada.

Hidayat, Rakhmat, Pedagogi Kritis Sejarah, Perkembangan dan Pemikiran, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun