Mohon tunggu...
Mohamad Endy Yulianto
Mohamad Endy Yulianto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

chemical

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pemanfaatan Limbah Tempurung Kelapa Menjadi Nano Pupuk

27 Januari 2025   11:38 Diperbarui: 27 Januari 2025   11:33 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohamad Endy Yulianto Dosen TRKI Vokasi Undip/dokpri

Sejumlah besar limbah organik seringkali dibuang ke landfill. Hal tersebut dapat menyebabkan masalah lingkungan, seperti: melepaskan mineral dan logam berat, serta menguapnya zat berbau. Pengomposan merupakan salah satu alternatif teknik pengolahan sampah organik yang biodegradable, khususnya oleh mikroba-mikroba dengan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.

Malika Pintanada Kaladinanty yang merupakan Mahasiswa Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Vokasi Undip menyampaikan bahwa pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan effisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan.

Teknologi pengomposan sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan yang sudah banyak dikembangkan, antara lain: Fit-up plus, PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPhos, EM-4, GreenPhoskko, dan SuperFarm (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap activator mempunyai keunggulan sendiri-sendiri, tutur Malika.

Deshinta Maharani Mahasiswa TRKI Vokasi Undip/dokpri
Deshinta Maharani Mahasiswa TRKI Vokasi Undip/dokpri

Deshinta Maharani dari Prodi TRKI juga menambahkan bahwa pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan pengendalian proses yang komplek. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganime di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah organik dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, sebagai bahan penutup TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.

Salah satu limbah perkebunan di Indonesia yang belum dimanfaatkan seca maksimal diantaranya limbah tempurung kelapa. Sebagai negara yang berlimpah dengan produksi buah kelapa, maka tempurung kelapa yang dihasilkan bisa mencapai 3,1 juta ton/tahun dengan asumsi berat tempurung kelapa 200-300 gram. Biomassa berselulosa seperti tempurung kelapa memiliki struktur organik yang kompleks. Meskipun demikian, biomassa tempurung kelapa merupakan material yang lebih sulit didegradasi dan dikonversi dibandingkan material berbahan dasar seperti starch. Untuk itu, pengomposan berbasis tempurung kelapa merupakan pilihan yang tepat dan menjanjikan, jelas Deshinta.

Malika Pintanada Kaladinanty Mahasiswa TRKI Vokasi Undip/dokpri
Malika Pintanada Kaladinanty Mahasiswa TRKI Vokasi Undip/dokpri

Dosen TRKI Vokasi Undip yakni Mohamad Endy Yulianto mengungkapkan bahwa pengembangan kompos dari limbah tempurung kelapa dengan aktivator fit-up plus dan agitasi memiliki kandungan unsur hara dalam kompos cukup lengkap. Namun demikian jumlahnya sedikit sehingga perlu ditingkatkan dengan menambahkan bahan lain. Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kadar nitrogen dan phospor pupuk kompos adalah melalui metode inkorporasi kompos serta urea pada matriks zeolite.

Zeolite dapat dijadikan matriks inkoporasi urea dan kompos mengingat zeolite memiliki porositas yang luas, kapasitas kation exchange yang tinggi dan selektivitas tinggi terhadap ammonium (NH4+) dan kation K+. Inkorporasi kompos dan urea menggunakan zeolite akan menimbulkan dampak positif yakni mampu memperlambat pelepasan unsur nitrogen pada pupuk, papar Endy.

Dinamika pelepasan nitrogen pada pupuk yang diinkorposari pada zeolite dilaporkan lebih lambat dibandingkan pada bentuk ioniknya. Dengan memperlambat pelepasan unsur nitrogen pada pupuk, hal tersebut akan dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk serta mengurangi dampak kontaminasi unsur amonium pada lingkungan, ujar Endy

Endy menjelaskan bahwa penerapan teknik inkorporasi kompos dan urea pada matriks zeolite akan dapat memperlambat pelepasan unsur nitrogen. Namun demikian masih diperlukan usaha guna meningkatkan keterserapan unsur-unsur pada pupuk oleh tanaman. Salah satu metode yang tepat guna meningkatkan keterserapan unsur-unsur pupuk oleh tanaman adalah melalui teknologi nanoenkapsulasi pupuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun