Undip yang telah berhasil mengembangkan oksidasi parsial enzimatis katekin daun teh menjadi bahan dengan potensi luar biasa di dunia farmasi, yakni theaflavin. Tim Peneliti meliputi Mohamad Endy Yulianto ST MT, Prof. Dr. Ir. Eflita Yohana, MT, dan Dr. Ria Desiriani, ST, MT, bersama mahasiswa Prodi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Ilyas Rabbani Devanda, Destyc Pratiwi Laurani, Malika Pintanada Kaladinanty, dan Mohamad Rasyid Bahaudin.
Inovasi terus menjadi langkah penggerak dalam memanfaatkan bahan-bahan alami. Terobosan terbaru datang dari Tim penelitiEndy menyampaikan bahwa ekstrak theaflavin (TF) yang telah terpurifikasi dengan membran. melalui teknologi nanoemulsi ultrasonikasi mampu meningkatkan stabilitas dan efektivitas senyawa bioaktif. Salah satu senyawa utama yang menjadi fokus penelitian ini adalah theaflavin (TF), Â dan turunan TF seperti theaflavin (TF1), theaflavin-3-gallate (TF2A), theaflavin-3-gallate (TF2B), dan theaflavin-3,3-digallate (TF3), masing-masing dikenal karena khasiatnya sebagai antikanker, antitumor, antivirus, antiinflamasi, antibakteri hingga sembuhkan cofid 19. Namun, manfaat luar biasa ini seringkali tak dapat direalisasikan akibat stabilitas senyawa relatif rendah dan degradasi selama penyimpanan.
Penelitian ini didorong atas keprihatinannya terhadap biaya kemoterapi yang sangat mahal harus ditanggung penderita kanker di Indonesia. Selain mahal, bahan baku yang dipakai pada proses penanganan pasien kanker 90 persen masih harus diimpor. Oleh karenanya bersama Tim berupaya untuk mengembangkan produk inovatif kemopreventif dan kemoterapi kanker, terang pemilik 22 paten granted.
Sementara itu Ria yang merupakan asesor kompetensi menjelaskan bahwa kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan proliferasi dan apoptosis menyimpang, yang menyebabkan proliferasi sel kanker tidak terkendali. Strategi pengobatan saat ini terkadang tidak efektif dalam menggempur kanker yang lebih agresif dan bermetastasis, sehingga mengindikasikan perlunya mengembangkan terapi baru yang menargetkan penanda penting untuk perkembangan kanker.
Senyawa dari tumbuhan telah digunakan dalam produksi obat-obatan dan kemoterapi untuk pengobatan kanker. Pengembangan theaflavin, merupakan komponen fenolik yang terdapat dalam teh hitam, telah menunjukkan potensi antikanker dalam kultur sel in vitro dan penelitian pada hewan in vivo, ujar Ria.
Prof Yohana yang merupakan pakar dehumidifikasi dan rekayasa pengering absorpsi juga menambahkan bahwa penelitian theaflavin telah didanai oleh Undip melalui skema Riset Publikasi Internasional (RPI) 2024 -- 2026, berkolaborasi dengan Prof Hwi-Ung Choi, dan Prof Kwang-Hwan Choi dari Korea.
Selama ini, teh hitam dikenal luas karena khasiatnya yang beragam. Senyawa-senyawa seperti theaflavin, polifenol, L-theanine, dan kafein yang terkandung di dalamnya memiliki kemampuan luar biasa dalam meningkatkan konsentrasi, sebagai antioksidan, menangkal radikal bebas, dan menjaga kesehatan jantung. Namun demikian, manfaat teh hitam tersebut dapat ditingkatkan menjadi bahan yang lebih stabil, lebih kuat, dan lebih efisien, tutur Prof Yohana.
Malika yang telah menyabet juara 1 lomba bergengsi tingkat nasional menyatakan bahwa teh hitam yang selama ini kita nikmati sebagai minuman fungsional, memiliki kandungan theaflavin yang kini diproses dengan teknologi mutakhir yang dapat meningkatkan keefektifan senyawa bioaktifnya dan membuatnya mampu bertahan dalam kondisi ekstrim. Peneliti menggunakan metode nanoemulsifikasi, yang merupakan solusi canggih untuk masalah-masalah seperti degradasi senyawa akibat paparan suhu, cahaya, dan oksigen. Dengan nanoemulsifikasi, senyawa aktif theaflavin tidak hanya lebih stabil, tetapi juga lebih siap diintegrasikan ke dalam berbagai produk farmasi dan pangan, termasuk minuman fungsional, perisa makanan, dan obat-obatan.
Ilyas memaparkan sebuah inovasi terbaru tentang nanoemulsifikasi theaflavin dengan cara cerdas untuk meningkatkan manfaat kesehatan senyawa bioaktif yang berperan sebagai antioksidan dan antitumor. Dengan teknik ini, senyawa-senyawa tersebut bisa dienkapsulasi dalam partikel nano, sehingga lebih stabil dan lebih mudah diserap oleh tubuh.
Selain itu, metode freeze-drying dan spray-drying diterapkan untuk menjaga senyawa bioaktif dari kerusakan akibat panas, dengan penyalut maltodekstrin sebagai pelindung yang membantu senyawa lebih tahan lama dan aman digunakan dalam produk pangan dan farmasi, ujar Rasyid.
Dengan inovasi ini, teh hitam dapat dimanfaatkan lebih luas, menjadi bahan utama dalam minuman fungsional, suplemen kesehatan, hingga obat-obatan yang lebih stabil dan tahan lama. Teknologi nanoemulsi memungkinkan produk teh hitam disimpan lebih lama dan didistribusikan secara luas, menjadikannya solusi potensial untuk berbagai masalah kesehatan modern seperti pencegahan penyakit jantung, peradangan, dan kanker, tutup Destyc.