obat alami. Bahkan bisa menjadi solusi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh sivitas akademika dari Vokasi Undip yakni Mohamad Endy Yulianto yang merupakan Dosen Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI). Dosen dengan kepakaran bidang Pengembangan Proses, yang biasa disapa Endy telah mengembangkan teknik ekstraksi enzimatis untuk bahan-bahan alam.
Gagasan inovatif terus menjadi langkah penggerak dalam meningkatkan pengadaan bahan bakuEndy menyampaikan bahwa tanaman seledri, kumis kucing, dan mengkudu banyak dijumpai di Indonesia, dan sejak lama digunakan sebagai obat tradisional. Ekstrak seledri (Apium graveolens) dan ekstrak kumis kucing (Orthosiphon stamineous) mempunyai khasiat menurunkan tekanan darah, peluruh air seni, dan penambah nafsu makan. Dugaan semula adalah kedua bahan tersebut mempunyai efek diuretik saja, namun oleh para peneliti dinyatakan bahwa seledri mempunyai efek seperti calcium antagonist, dan kumis kucing mempunyai efek seperti beta blocker dan diuretic.
Mengkudu (Morinda citrifolia L) mengandung sejenis fitonutrien, yaitu scopoletin dan serotonin yang berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah yang mengalami penyempitan. Hal ini menyebabkan tekanan darah menjadi normal dan jantung tidak perlu bekerja terlalu keras untuk memompa darah, papar Endy.
Endy mengungkapkan bahwa tanaman seledri banyak mengandung senyawa golongan flavonoid, yaitu apigenin yang mempunyai aktivitas biologis seperti calcium antagonist dan manitol yang berfungsi seperti diuretic. Daun kumis kucing mengandung senyawa bioaktif methylripariochromene A yang mempunyai sifat vasodilator pembuluh darah, menurunkan cardiac output dan efek diuretic, dimana efek tersebut mirip dengan efek beta blocker. Hasil ujicoba pada hewan menunjukkan bahwa scopoletin buah mengkudu menurunkan tekanan darah, yaitu tekanan darah tinggi menjadi normal dan tekanan darah normal menjadi rendah (hipotensi yang abnormal).
Namun demikian, scopoletin yang terdapat dalam buah mengkudu dapat berinteraksi sinergis dengan nutraceuticals (makanan yang berfungsi untuk pengobatan) lain untuk mengatur tekanan darah tinggi menjadi normal, tetapi tidak menurunkan tekanan darah yang sudah normal. Tidak pernah ditemukan kasus dimana tekanan darah normal turun hingga mengakibatkan hipotensi. Efek biologis ketiga tanaman ini dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita tekanan darah tinggi, dengan manfaat yang sama dengan obat anti hipertensi sintetik, terang Endy.
Teknik ekstraksi enzimatis untuk ekstraksi apigenin, methylripariochromene A dan fitonutrien merupakan teknologi yang menjanjikan dan prospektif karena dapat menggeser kesetimbangan fasa dengan mendegradasi struktur sel dinding tanaman sehingga solut dapat terekstrak dengan baik. Teknologi ini dapat menghasilkan yield dan selektivitas cukup tinggi serta ramah lingkungan. Kebaruan dan inovasi skema proses riset ini, dengan menggunakan bioekstraktor membran enzimatis. Karena kebutuhan energi rendah, teknologi membran sangat mungkin diterapkan dalam produksi ekstrak senyawa bioaktif alami. Bioekstraktor membran enzimatis diharapkan dapat menjaga enzim tetap dalam sistem ekstraksi selama masa aktifnya, selain menghasilkan kualitas produk ekstrak yang lebih baik, tutur Endy.
Endy menambahkan bahwa sasaran dan efek hasil penelitian ini bagi masyarakat, industri dan perekonomian nasional antara lain: (i) percepatan difusi dan implementasi teknologi proses produksi herbal terstandar anti hipertensi oleh Industri Kecil Menengah dan industri besar yang merupakan satu kesatuan roadmap kelanjutan riset ini, (ii) temuan dan aplikasi teknologi diproyeksikan menjadi terobosan penyelesaian masalah bangsa dalam mengurangi ketergantungan impor terhadap obat anti hipertensi sintetik baik dalam bentuk obat jadi maupun bahan baku obat, (iii) tumbuhnya investasi terhadap industri-industri baru baik industri sediaan jamu, industri sediaan herbal terstandar dan industri sediaan fitofarmaka, (iv) mengurangi ketergantungan terhadap obat sintetik serta efek sampingnya, dan (v) dampak jangka panjang terjadi diversifikasi produk dari tanaman seledri, kumis kucing, dan mengkudu.
Kesemuanya akan menjadi acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun kebijakan makro dalam meningkatkan dan mengembangkan teknologi kesehatan dan obat terhadap kegiatan perekonomian di pemerintah daerah setempat, selain itu akan memberikan dampak pada kemandirian bangsa dari sisi teknologi produksi yang berimplikasi pada perluasan lapangan kerja baru bagi tenaga kerja terdidik dan non-terdidik sehingga terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kemandirian ini diharapkan dapat menurunkan harga obat herbal anti hipertensi dalam jangka panjang sehingga lebih terjangkau oleh kebanyakan penderita hipertensi, pungkas Endy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H