Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Smartphone adalah Candu, Sebuah Kekhawatiran

17 Agustus 2024   20:08 Diperbarui: 19 Agustus 2024   17:55 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ponsel dengan jaringan seluler untuk mengakses internet (SHUTTERSTOCK/NUCHYLEE via Kompas)

"Smartphone adalah candu." Pernyataan ini bisa benar tetapi bisa juga mengandung kesalahan. Nilai kebenarannya bersifat situasional, sangat tergantung pada cara seseorang menggunakannya dan situasi atau keadaan yang dihadapinya.

Dewasa ini kehadiran gawai jenis smartphone atau ponsel pintar bagi banyak orang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dilansir dari laman Investor, di Indonesia saja pengguna ponsel pintar telah mencapai sekitar 190 juta orang sampai akhir 2023. 

Sementara secara global penggunanya mencapai 7,2 miliar pada kuartal pertama tahun 2024. InI berarti lebih dari 80% dari 8.9 miliar penduduk bumi memiliki smartphone. (Sindonews, 16/07/2024).

Banyak kelompok profesi yang tidak dapat melepaskan diri dari smartphone. Para pelaku bisnis, jurnalis, dokter, polisi, guru, sampai kang ojol hampir tidak dapat bekerja ketika tidak didampingi smartphone. Kelompok ini secara umum menempatkan smartphone sebagai alat bantu dalam menjalani profesinya. Namun harus diakui sebagian dari mereka juga banyak menggunakannya untuk mengakses media sosial yang kerap dipandang sebagai pengalih perhatian dari kehidupan nyata.

Cukup beralasan pula jika smartphone dipahami sebagai candu. Di luar penggunaannya sebagai alat bantu dalam bekerja, banyak pula orang yang mengalami kesulitan terlepas dari ponsel pintar. 

Gejala kecanduan ditandai dengan kegelisahan saat kehilangan jaringan internet atau kehabisan baterai. Gejala lainnya ditunjukkan oleh kecenderungan seseorang mengabaikan aktivitas lain dan memilih bermain ponsel. Mereka kesulitan fokus dalam percakapan dan menyelesaikan pekerjaan, terkekang media sosial, dan menjadi penyendiri dalam keramaian dunia nyata. 

𝙏𝙪𝙠𝙖𝙣𝙜 𝙆𝙪𝙣𝙘𝙞 𝙙𝙖𝙣 𝙉𝙚𝙩𝙧𝙖𝙡𝙞𝙩𝙖𝙨 𝙏𝙚𝙠𝙣𝙤𝙡𝙤𝙜𝙞

Dua minggu yang lalu saya kehilangan kunci motor. Sayapun mendatangi tukang kunci untuk membuat duplikatnya agar sepeda motor bisa dihidupkan. Hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 lima menit tukang kunci itu sudah berhasil membuat duplikatnya.

Inti pembuatan kunci di atas bukan terletak pada kecepatan membuatnya. Hal yang penting dari keterampilan tukang kunci itu terletak pada pemanfaatan keterampilan sebagai sumber penghasilan.

Dengan mengandalkan keahlian dan perangkat sederhana yang dibutuhkan tukang kunci itu memilih membuka jasa pembuatan kunci untuk menafkahi keluarganya agar tetap dapat bertahan hidup.

Di sudut yang berbeda sejumlah orang harus berurusan dengan hukum karena menggunakan keahlian yang sama untuk tujuan yang salah. Dengan keahlian serupa mereka melakukan pembobolan toko, pencurian sepeda motor, atau aksi kejahatan lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun