Hubungan kita dengan sesama tidak selalu baik-baik saja. Kita pernah berselisih paham dengan pasangan, bersitegang dengan teman dekat, atau putus komunikasi dengan tetangga. Pada situasi tertentu kita pernah "sepakat" untuk tidak bertegus sapa dengan saudara sampai akhirnya kita menyadari kesepakatan itu merupakan sebuah kesalahan.
Tidak ada individu yang yang merdeka dari kesalahan. Dalam interaksi sehari-hari, saya, Anda, dan semua "hewan berperasaan" pernah berhadapan dengan perilaku seseorang yang memicu rasa kecewa, jengkel, marah, kesal, dan berbagai situasi yang tidak menyenangkan. Kita semua secara niscaya pernah mengalami gejolak kecil secara mental sebagai respon atas perlakuan tidak menyenangkan dari seseorang yang kita terima.
Sebaliknya kita sendiri, secara sengaja atau tidak sengaja, pernah melakukan hal yang sama kepada orang lain. Kita pernah berkelakar yang membuat orang merasa tersinggung. Mungkin saja pernah suatu ketika kita pernah tertawa (di belakang) seseorang karena melihat kesedihannya sebagai sebuah lelucon. Pada saat yang berbeda bisa juga tanpa disadari kita pernah menunjukkan sinisme kecil dengan keberhasilan orang lain. Sampai pada sebuah momen kita juga tidak memiliki kekuatan untuk bertahan dari pikiran buruk atas kebahagiaan seseorang.
Kesalahan kecil biasanya dengan mudah dapat dilupakan. Kesalahan itu kerap hanya singgah sementara untuk kemudian berlalu. Sifat dasar manusia yang pemaaf membuat rasa marah dan sakit hati tidak bertahan lama.
Suatu pagi telinga kita mungkin mendengar kata-kata tetangga yang menendang kesadaran kita dan menoreh sedikit rasa sakit di ulu hati. Siang harinya rasa sakit itu telah punah dan membuat dada kita lega, bahkan tanpa permintaan maaf dari tetangga.
Hari lainnya kita mengunjungi seorang teman di kantornya lalu membiarkan kita menunggu lama sehingga membuat kesal dan uring-uringan. Sesaat rasa kesal itu susut setelah ia menemui dengan sikap yang ramah dan penuh permohonan maaf.
Namun tidak jarang pula kita dihadapkan pada polah seseorang yang meninggalkan luka yang dalam. Ini bisa menimbulkan amarah jangka panjang. Pada titik ini, banyak orang sangat sulit untuk memaafkan orang lain. Kesalahan itu akan terpahat tanpa dapat terhapus kecuali oleh kematian. Atau mungkin kesalahan itu kita maafkan namun, "saya tidak akan pernah melupakannya."
Memaafkan dan melupakan merupakan dua hal yang berbeda. Memaafkan adalah keputusan sadar untuk melepaskan perasaan marah, sakit hati, atau dendam terhadap seseorang yang telah menyakiti kita. Memaafkan ditandai dengan upaya membangun kembali hubungan yang positif.
Memaafkan bukan berarti melupakan apa yang terjadi dan menghapus pengalaman buruk secara total dari ingatan kita. Melupakan adalah memilih untuk tidak membiarkan kejadian masa lalu menguasai hidup kita.
Melupakan dapat diandaikan sebuah situasi dimana kita menerima kesalahan seseorang sebagai sesuatu yang wajar. Saat mengingat peristiwa itu, tidak ada lagi sisa kemarahan.