Siswa bermasalah sejauh ini kerap dihubungkan dengan siswa yang menunjukkan perilaku nakal, suka mengganggu temannya, atau melakukan hal-hal yang melanggar peraturan sekolah. Jika kita kembali kepada pendidikan secara menyeluruh, siswa bermasalah dapat diartikan sebagai istilah yang merujuk kepada siswa yang menghadapi berbagai tantangan atau kesulitan dalam konteks pendidikan.
Tantangan atau kesulitan tersebut bisa tampak dalam beragam bentuk. Siswa dapat dianggap bermasalah jika menunjukkan perilaku yang tidak wajar secara sosial atau dalam interaksi dengan teman-temannya, seperti, merusak sarana prasaran sekolah, suka mengganggu temannya, melakukan tindakan bullying, atau tawuran
Dalam hal disiplin, tantangan siswa dapat ditunjukkan dengan sering tidak mengerjakan tugas, tidak masuk sekolah, suka terlambat, atau sering bolos.
Tantangan paling umum yang dihadapi peserta didik berhubungan kesulitan belajar, tidak fokus, atau lamban memahami instruksi dalam proses pembelajaran.
Permasalahan juga dapat merujuk kepada sisi emosional peserta didik. Aspek ini dapat menyangkut kecemasan, depresi, kemarahan, rendah diri, atau pengalaman masa lalu yang menimbulkan traumatik.
Semua jenis masalah itu merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Hal ini tentu membutuhkan perhatian ekstra dan dukungan khusus dari para guru dan ahli lainnya agar mereka dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Setiap sekolah secara niscaya dihadapkan pada satu atau lebih peserta didik bermasalah. Permasalahan yang muncul akan berbeda secara individu maupun pada lingkup institusi atau satuan pendidikan.
Adalah Iwan (bukan nama sebenarnya) salah seorang siswa di sekolah saya mengalami masalah yang agak unik. Dia tidak masuk sekolah selama lebih dari satu setengah bulan. Pada minggu pertama ketidakhadiran Iwan di sekolah, guru kelas sudah menyampaikan kepada saya terkait permasalahan yang dihadapi siswanya.
Iwan merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pekerja migran di Malaysia. Ibunya mengisi keseharian dengan bertani pada sepetak sawah dan mengambil upah menjahit dari sebuah UMKM di bidang garmen.
Iwan sebenarnya dikenal sebagai anak yang baik di sekolah. Dia sosok yang pendiam. Di sekolah dia memiliki hubungan pergaulan yang normal dengan teman-temannya. Tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya masalah dalam interaksi sosial di sekolah. Hubungannya dengan semua guru juga baik-baik saja.