Saya termasuk orang yang jauh dari dunia Pramuka. Namun itu bukan berarti saya tidak pernah terlibat dalam kegiatan Pramuka. Juga bukan berarti saya tidak suka dunia kepanduan itu.
Mengapa saya tidak akrab dengan dunia Pramuka?
Saya merasa termasuk memiliki kepribadian tertutup. Saya lebih menyukai kesendirian dan keheningan. Kalaupun melakukan interaksi, saya lebih nyaman berkomunikasi dengan orang yang telah lama saya kenal. Saya sering gagap dan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang baru atau seseorang yang saya kenal sudah lama tetapi tidak akrab.
Saya juga kerap mengalami gangguan kecemasan sosial saat menghadapi suasana baru yang melibatkan banyak orang. Berhadapan dengan sebuah situasi baru yang melibatkan orang-orang baru membuat saya menjadi gelisah tanpa alasan. Saya merasa risih, grogi, dan tegang ketika menjadi pusat perhatian satu atau beberapa orang.
Dalam Pramuka seseorang harus berbaur dan melepaskan diri dari kesendirian. Pramuka mengharuskan seseorang dalam kondisi tertentu berbicara atau paling tidak melakukan aksi-aksi tertentu secara tunggal di hadapan anggota Pramuka lainnya. Bagi saya bagian ini menjadi sesuatu yang mencemaskan. Saya selalu dirundung kecemasan saat berbicara di depan umum karena merasa memiliki kemampuan public speaking yang buruk.
Pada masa remaja kondisi ini membuat saya tidak memiliki rasa percaya diri sehingga selalu mengalami demam panggung. Itulah sebabnya saya memilih menjauh dari kegiatan Pramuka saat masih duduk di bangku sekolah bahkan pada masa-masa kuliah.
Walaupun demikian, bukan berarti saya tidak pernah sama sekali terlibat dalam kegiatan Pramuka. Saya pernah mengikuti Kursus Mahir Dasar pembina Pramuka. Namun itu hanya formalitas karena sebuah tuntutan.
Belakangan regulasi Kemendikbud Ristek tentang "penghapusan" Pramuka sebagai ekskul wajib menjadi perbincangan khalayak. Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo, sebagaimana dilansir dari laman RRI, menegaskan, Kemendikbud Ristek tidak memiliki gagasan untuk menghapus Pramuka. Permendikbud Ristek Nomor 12 Tahun 2024 justru menguatkan peraturan perundangan dalam menempatkan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler di satuan pendidikan.
Terlepas dari pro kontra tersebut, saat ini Pramuka masih tetap relevan sebagai program ekstrakurikuler. Dalam 3 tahun terakhir pelaksanaan kegiatan Pramuka di sekolah saya cukup aktif. Pesertanya tentu tidak semuanya. Hal ini karena keterbatasan sumber daya dan kesiapan peserta didik. Kegiatan latihan secara rutin dilakukan setiap minggu.
Dari sejumlah kegiatan Pramuka yang dilakukan selama ini, setidaknya ada beberapa sikap positif yang saya amati dari kegiatan pramuka terhadap peserta didik.
- Menumbuhkan rasa percaya diri
Sikap percaya diri merupakan salah satu sikap positif yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik yang mengikuti kegiatan Pramuka. Mereka lebih berani tampil di hadapan teman-temannya atau di hadapan banyak orang saat dibutuhkan.
Sikap percaya diri itu terlihat saat anak-anak mengikuti kegiatan atau event kepramukaan. Mereka tidak menunjukkan sikap minder dan lebih mudah berbaur dengan teman baru. Mereka akan memperlihatkan keyakinan diri yang kuat saat diminta tampil untuk menunjukkan yel-yel, melakukan aksi panggung, melakukan jelajah alam, atau melakukan sesuatu yang bersifat menantang.
Rasa percaya diri tersebut tentu sedikit tidak akan memberikan pengaruh saat anak-anak berada di luar lingkungan sekolah. Jika boleh saya menyimpulkan bahwa, secara umum, anak-anak yang aktif dalam dunia kepramukaan lebih memiliki rasa percaya diri sehingga lebih mudah bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan baru.
- Menumbuhkan motivasi belajar peserta didik
Rutinitas pembelajaran di kelas tidak jarang membuat peserta didik merasa bosan karena setiap hari mereka harus memasuki ruang yang sama dan melakukan hal yang tidak berbeda setiap hari. Mendengarkan, menulis, membaca, menjawab pertanyaan guru, atau sesekali mengikuti pembelajaran dengan metode permainan.
Pramuka merupakan bagian dari proses pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan Pramuka dapat memberikan warna lain ritual proses pembelajaran konvensional di dalam kelas.
Pramuka, dengan kegiatan yang lebih banyak dilakukan di lapangan, dapat menawarkan situasi yang berbeda karena melibatkan aktivitas lapangan yang lebih berwarna. Pramuka memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dengan cara yang lebih menggembirakan melalui permainan yang ditawarkan pembina atau pelatih.
Belajar di alam terbuka melalui berbagai aktivitas kepramukaan yang berorientasi lingkungan alam dan kegiatan sosial akan lebih berkesan dan lebih bermakna bagi peserta didik.
Menumbuhkan sikap disiplin
Sikap disiplin merupakan salah satu aspek yang dapat ditumbuhkan melalui kegiatan Pramuka. Berbagai kegiatan dalam pramuka memungkinkan peserta didik membentuk sikap disiplin diri yang kuat.
Salah satu materi pramuka yang dapat menumbuhkan sikap disiplin adalah materi Peraturan Baris Berbaris (PBB).
PBB merupakan materi yang menekankan pada ketaatan seseorang mengikuti peraturan (esensi displin). Melalui PBB anggota Pramuka akan terbiasa mematuhi peraturan di bawah sebuah komando.
Kita kerap menemukan dalam upacara bendera, peserta upacara mengabaikan peraturan baris berbaris. Saat pelaksanaan upacara bendera peringatan hari-hari besar nasional, sudah menjadi pemandangan biasa di antara peserta upacara menunjukkan barisan yang tidak teratur, atau berbicara saat upacara berlangsung.
Hal paling umum terjadi adalah sikap peserta upacara tidak dapat menunjukkan sikap siap atau istirahat dalam upacara. Saat pemimpin upacara memberikan aba-aba "siap" tidak semua peserta menunjukkan sikap siap. Bahkan istirahat dalam baris berbaris sebagian peserta upacara menunjukkan sikap istirahat kuda, sikap istirahat yang asal-asalan. Dalam pramuka disiplin dalam baris berbaris sangat diutamakan.
Disiplin dalam Pramuka tentu saja bukan hanya PBB. Penerapan displin dapat berupa datang latihan tepat waktu, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pembina, atau menaati peraturan yang ditetapkan dalam kegiatan Pramuka.
Melatih kemampuan kerjasama dan kepemimpinan
Setiap sore saat Ramadhan, di persimpangan kota kecamatan di daerah saya suasana lalu lintas selalu padat. Hal ini membuat kepolisian di sektor setempat turun tangan untuk mengatur lalu lintas. Pemandangan yang menarik adalah kehadiran anggota Pramuka yang membantu tugas kepolisian mengatur lalu lintas. Mereka merupakan anggota Pramuka Penegak yang berasal dari sekolah di sekitar.
Aksi yang dilakukan anak-anak Pramuka tersebut di atas merupakan salah satu wujud kemampuan kerjasama yang berhasil mereka tunjukkan. Kemampuan tersebut tentu mereka peroleh dari kegiatan Pramuka yang mereka ikuti.
Kerjasama merupakan sikap yang dapat ditumbuhkan dalam kegiatan Pramuka. Sikap ini menjadi sesuatu yang penting bagi kehidupan seseorang dalam menjalani kehidupan sosial.
Kerjasama dalam Pramuka dilatih melalui berbagai kegiatan. Secara umum, kegiatan-kegiatan tersebut lebih banyak berupa tugas dan latihan yang membutuhkan kerja kelompok, bekerja secara bersama-sama atau gotong royong, serta kegiatan-kegiatan sosial.
Lebih dari itu, dalam kerjasama dapat dipastikan ada sisi kepemimpinan, komando. Kerja sama dengan demikian mengandaikan bahwa ada dua komponen, komponen yang memimpin dan komponen yang dipimpin. Kedua komponen tersebut harus dapat menempatkan diri sesuai dengan perannya masing-masing.
Keterlibatan Pramuka Penegak di atas dalam mengatur lalu lintas menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan mengatur sebagai salah satu keterampilan dalam kepemimpinan.