Pagi yang cerah. Saya masih limbung dengan rasa kantuk. Semalam saya kurang tidur. Sebuah kebiasaan buruk yang agak sulit saya hindari saat Ramadhan.
Pagi itu Selasa, 19 Maret 2024, merupakan jadwal observasi pembelajaran sebagai bagian dari penilaian kinerja terhadap salah seorang guru yang mengajar di kelas 6 SD Negeri 1 Embung Kandong, Lombok Timur. Siswa akan belajar Matematika dengan materi "menentukan letak suatu tempat pada gambar berpetak" atau "menentukan letak koordinat suatu tempat".
Saat saya memasuki ruang kelas, anak-anak berdiri dan memberikan salam di bawah komando ketua kelas. Mereka duduk kembali sambil mempersiapkan diri untuk belajar.
Setelah menjawab salam anak-anak itu, saya melangkah ke sisi belakang ruang kelas untuk mengambil tempat duduk di salah satu bangku kosong. Saya meletakkan laptop di atas meja, membukanya, mulai menyalakan, dan membuka file lembar penilaian untuk membuat catatan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran.
Proses observasi berjalan alami dan diupayakan tidak mempengaruhi proses pembelajaran. Kegiatannya dilakukan berdasarkan kesepakatan guru sebagai sasaran observasi dan kepala sekolah sebagai observer sekaligus penilai. Kesepakatan itu menyangkut waktu pelaksanaan, mata pelajaran, dan materi yang akan diajarkan. Kesepakatan penting dibuat agar guru dan kepala sekolah dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti proses observasi. Kedua belah pihak harus memiliki kesiapan yang sama untuk mendapatkan hasil observasi yang obyektif.
Tujuan observasi bukanlah untuk mencari-cari kesalahan dalam pembelajaran. Observasi ini pada dasarnya merupakan kegiatan supervisi pembelajaran dalam rangka penilaian kinerja terhadap guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah. Hasil observasi itu kemudian akan menjadi bahan diskusi untuk melaksanakan tindak lanjut dalam rangka perbaikan kualitas proses pembelajaran.
Sebelum pembelajaran dimulai guru mengajak siswa berdoa yang dipimpin salah seorang siswa. Tidak lupa juga guru memeriksa kehadiran siswa sebagai bagian dari kontrol terhadap displin siswa.
Sebagai catatan, peserta didik berangkat ke sekolah dalam keadaan pikiran dan perasaan yang berbeda-beda. Sebagian datang dengan bersemangat dan penuh kegembiraan. Sebagian sebaliknya, mereka mungkin saja datang ke sekolah dengan rasa sedih, was-was, atau sedang merasa tertekan.
Saat siswa mulai belajar, penting bagi guru untuk mengetahui kondisi kenyamanan siswa. Untuk itu guru melakukan sebuah langkah sederhana untuk memahami kondisi psikologis. Untuk keperluan ini guru meminta siswa menggambar emoji pada kertas kosong yang dibagikan. Peserta didik diminta menggambar emoji yang mewakili perasaan mereka. Gambar yang dihasilkan mewakili perasaan yang beragam. Ini menunjukkan tingkat kesiapan peserta didik untuk belajar bervariasi.
Semakin baik kondisi psikologis peserta didik semakin baik pula kesiapan mereka untuk belajar. Untuk membangun kesiapan belajar peserta didik, guru melakukan ice breaking di awal pembelajaran. Ini bagian penting. Mengapa? Tujuannya untuk membantu peserta didik menghilangkan rasa sedih, was-was, atau rasa tertekan yang mereka rasakan. Ice breaking di awal pembelajaran dipercaya dapat membangun kesiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan permainan, kuis, menyanyi, atau kegiatan lain yang menantang.