Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ramadan, Bulan Berkah dalam Pusaran Isu Sampah

17 Maret 2024   16:05 Diperbarui: 17 Maret 2024   16:25 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Simpang tiga kota Kecamatan Terara, Lombok Timur, NTB, selalu menyajikan pemandangan yang sama setiap sore pada bulan Ramadhan. Pemandangan itu adalah kehadiran para pedagang makanan dadakan. Mereka membuka lapak di pinggir jalan sepanjang Ramadhan. Pedagang itu menyediakan berbagai jenis makanan dan minuman yang diperlukan para pemburu takjil. Masyarakat setempat memang dikenal kreatif kalau soal makanan.

Seminggu sebelum Idul Fitri, kemarakannya meningkat lagi dengan kehadiran pedagang kaki lima yang menjual pakaian lebaran. Ramadhan memang identik dengan takjil dan pakaian baru menjelang lebaran.

Suasana serupa dapat ditemukan pada berbagai lokasi, tidak saja di Lombok, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia. Suasana itu menggambarkan bahwa Ramadhan memberikan berkah bagi banyak orang. Ketika ibu-ibu tidak sempat memasak, mereka dapat memperoleh makanan yang siap disajikan saat berbuka puasa atau sekadar menambah menu berbuka. 

Pada saat yang sama pedagang meraup keuntungan yang memberikan penghasilan tambahan selama Ramadhan. Ramadhan sebagai bulan berkah memberikan dampak kegiatan ekonomi yang cukup signifikan dalam kehidupan masyarakat. 

Peningkatan kebutuhan makanan dan minuman tidak saja untuk dikonsumsi sendiri. Momentum Ramadhan mendorong umat Islam untuk berbagi makanan kepada tetangga atau kepada mereka yang kurang beruntung.

Kehadiran Ramadhan senantiasa disertai dengan meningkatnya kebutuhan pangan dan sandang. Kompas (11/03/24) melansir bahwa, "... peningkatan permintaan makanan dan minuman pada periode Lebaran biasanya mencapai 30 persen dibandingkan bulan-bulan biasanya. Lonjakan terjadi di berbagai jenis produk, mulai dari makanan-minuman dalam kemasan sampai gerai rumah makan..."

Dari sisi geliat ekonomi hal ini tentu sesuatu yang positif, berkah bagi masyarakat yang bergelut dengan usaha makanan. Namun, di balik lonjakan aktivitas ekonomi tersebut di atas ada dampak lain berupa peningkatan sampah yang tidak dapat dihindari. 

Pedagang es buah menawarkan minumannya dengan kemasan gelas dan sendok plastik. Ada es campur, kolak, dan gorengan yang dibawa pulang para pemburu takjil dengan menenteng kantong plastik. Kita membeli kurma dengan balutan plastik mika. Kertas coklat pembungkus makanan juga menjadi kemasan populer lainnya. Semua kemasan itu menghasilkan sampah yang terus diproduksi dan meningkat selama Ramadhan.

Tidak saja kemasan, sisa makanan yang tidak habis dilahap saat berbuka atau sahur juga menjadi sampah lain yang dihasilkan. Remah, kulit buah-buahan, tulang-tulang ikan, sisa sambal, atau minuman yang tidak habis direguk akan menjadi sampah sebagai produk Ramadhan yang tidak dapat dihindarkan. Takjil yang kita konsumsi hampir semuanya secara niscaya memproduksi limbah.

Di hari-hari terakhir Ramadhan peningkatan sampah makin menjadi dengan kemasan pakaian baru yang dibeli baik secara luring dan transaksi online. Bubble wrap, lakban perekat, atau tali pengikat, lagi-lagi berbahan plastik menjadi penyerta barang belanjaan yang berujung menjadi sampah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun