Saya datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) sekitar pukul 08.30 WITA. Saya harus naik motor untuk memboncengi Ayah yang tidak kuat berjalan karena usia.
Kondisinya lemah tidak menyurutkan semangatnya untuk berpartisipasi menyalurkan hak suaranya dalam pemilu sekali lima tahun itu.
Di lokasi TPS saya memarkirkan sepeda motor bersama kendaraan lain di pinggir jalan. Keadaan ini memang agak menganggu lalu lintas. Namun tidak ada yang protes. Semua orang sepertinya memiliki kesadaran bahwa ada peristiwa penting yang sedang berlangsung.
Saya sendiri terdaftar sebagai pemilih pada TPS 02 di Desa Leming, Kec. Terara, Lombok Timur, NTB. TPS tersebut dipusatkan di halaman rumah salah seorang warga.
Lokasi TPS agak terlindung dengan tembok halaman dan tembok rumah lain di sekitarnya. Salah satu sisi TPS dibatasi oleh ruang terbuka berupa hamparan sawah. Kondisi membuat udara TPS terasa hangat.
TPS yang terletak belasan meter dari rumah saya tampak ramai didatangi pemilih. Beberapa orang berdiri melihat sampel surat suara yang ditempel di pintu masuk TPS.
Tampaknya mereka tengah menandai pilihan yang akan mereka coblos. Banyaknya kontestan atau peserta pemilu membuat pemilih agak kerepotan untuk menandai posisi pilihan mereka pada kartu suara.
Bagi pemilih usia senja dengan kelompok pendidikan relatif rendah, hal ini dapat membuat mereka kesulitan untuk menandai sasaran coblosnya. Apalagi ukuran gambar pada surat suara calon legislatif sangat kecil dengan lima jenis surat suara yang harus dipilih.
Dua sampai tiga hari sebelum pencoblosan, surat pemberitahuan pemilih telah disebarkan kepada warga.