Mohon tunggu...
𝔜𝔞𝔪𝔦𝔫 𝔐𝔬𝔥𝔞𝔪𝔞𝔡
𝔜𝔞𝔪𝔦𝔫 𝔐𝔬𝔥𝔞𝔪𝔞𝔡 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tahlilan, Membangun Rasa Guyub Warga

24 Desember 2023   21:10 Diperbarui: 25 Desember 2023   09:54 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puluhan warga di lingkungan rumah keluarga Ady Sonata di Kelurahan Satrian, Kecamatan Kanigoro melangsungkan doa tahlil untuk keselamatan Ady Sonata dan awak KRI Nanggala-402, Sabtu sore (24/4/2021)(KOMPAS.COM/ASIP HASANI)

Sebuah suara dari corong Toa menyebut nama saya agar menuju naungan terop tempat tahlilan. Malam itu sudah makan kelima acara tahlilan dilaksanakan untuk mendoakan salah seorang keluarga yang meninggal. Saya menengok ke arah datangnya suara di bawah terop. Tampaknya baru satu dua orang warga yang hadir.

Tahlilan bagi sebagian umat Islam di Lombok merupakan tradisi yang sangat populer, bahkan di berbagai daerah di Nusantara. Namun di balik itu, ada pro kontra dengan tradisi ini. Sebagian menganggapnya sebagai sesuatu yang bid'ah (sesuatu yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW). 

Kelompok lainnya menganggap tahlilan sebagai sesuatu yang dibolehkan (dianjurkan) karena memang ada dalil (ayat dan hadist) yang berhubungan.

Tahlilan atau tahlil pada dasarnya istilah yang merujuk kepada kalimat Laa ilaaha illa Allah. Kalimat ini menjadi salah satu bacaan dalam acara tahlilan di samping bacaan surah-surah pendek dalam juz terakhir dalam Al-Qur'an dan doa-doa lain.

Saya tidak memiliki cukup keilmuan untuk menjelaskan lebih luas mengenai pro dan kontra tahlilan bagi orang yang telah meninggal dunia. Namun harus diakui bahwa, secara sosiologi, tahlilan merupakan momentum penting dalam kehidupan sosial.

Membangun empati dan solidaritas

Dari sudut pandang agama, kematian merupakan bagian dari misteri sang Khalik. Kita tidak pernah benar-benar memiliki kepastian kapan ajal datang menjemput.

Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun. (QS. Al-A'raf: 34)

Beberapa sumber menyebutkan bahwa ajal dalam ayat di atas kerap dihubungkan dengan akhir masa dari sesuatu dan berarti waktu kematian manusia. Kematian dapat menjemput siapa saja tanpa mengenal usia, status sosial, jabatan, atau kebugaran.

Ilustrasi Suasana Tahlilan (Sumber; DetikNews)
Ilustrasi Suasana Tahlilan (Sumber; DetikNews)

Kita semua tentu pernah memiliki pengalaman yang mengejutkan ketika suatu hari mendengar seorang keluarga, kerabat, teman, atau sahabat yang tiba-tiba meninggal dunia. Padahal sehari sebelumnya kita sempat bertegur sapa atau ngobrol. 

Kita tidak pernah menduga yang bersangkutan akan pergi. Hal ini menunjukkan bahwa kematian tidak dapat ditebak dan dipastikan. Setiap umat beragama meyakini bahwa ada campur tangan Tuhan dalam kehidupan dan kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun