Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pentingnya Improvisasi dalam Pembelajaran

26 Juli 2023   00:09 Diperbarui: 1 Agustus 2023   18:39 1954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa SMA ujian.(KOMPAS.com/ALBERTUS ADIT) 

Hari pertama minggu ini saya masuk ke salah satu kelas untuk menggantikan salah seorang guru kelas yang tidak dapat menjalankan tugas karena masih dalam masa cuti melahirkan. Sekolah tentu saja memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan adanya layanan pembelajaran kepada siswa di kelas yang bersangkutan. Siswa harus belajar. Mereka datang ke sekolah untuk mendapatkan layanan pendidikan

Guru yang ada semuanya memiliki jam mengajar pagi itu. Memang telah disepakati bahwa untuk menggantikan sementara guru yang cuti hamil itu diambil alih oleh dua orang guru mata pelajaran dan saya sendiri sebagai pengganti utama. 

Posisi saya sebagai kepala sekolah yang tidak memiliki jam mengajar membuat saya harus mengambil peran utama sebagai guru penganti.

Ya. Memasuki kelas memang memerlukan persiapan. Sementara saya tidak mempersiapkan diri sebelumnya. Materi pelajaran pada jenjang SD memang masih sederhana tetapi diperlukan persiapan mengajar yang cukup bagi seorang guru untuk memimpin pembelajaran. 

Sesuai jadwal mata pelajaran pagi itu adalah matematika. Saya membuka kurikulum dan menganalisis capaian pembelajaran yang harus dikuasai siswa. Capaian pembelajaran itu kemudian saya hubungkan dengan buku teks atau buku pelajaran matematika. Analisis tersebut membawa saya kesimpulan bahwa materi yang perlu dipelajari siswa yaitu nilai tempat.

Belajar matematika cenderung membosankan banyak siswa. Mata pelajaran ini sudah terlanjur ditempatkan sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan. Persepsi ini juga pernah menancap demikian kuat dalam pikiran saya saat duduk di bangku sekolah. Apalagi jika berhubungan dengan rumus-rumus yang memerlukan aktivitas berpikir tingkat tinggi pada jenjang SLTP dan SLTA.

Materi pelajaran matematika pada jenjang sekolah dasar tentu masih pada tingkat yang sederhana tetapi tetap saja memberikan kesan sulit dan melelahkan bagi sebagian siswa.

Mendorong siswa mengingat kembali tentang materi pelajaran sebelumnya kerap dihadapkan pada kesulitan. Pagi itu saya mengajak siswa untuk mengingat kembali tentang nilai tempat sebuah bilangan. Beberapa orang di antara mereka menemukan kesulitan.

Menghadapi kondisi itu, saya berpikir sedikit keras untuk menggunakan media yang tepat. Saya mengamati ruang kelas. Inspirasi saya muncul saat pandangan saya tertumpu lantai ruang kelas. Ide saya muncul untuk memanfaatkan hamparan keramik ruang kelas sebagai media pembelajaran. 

Di samping keramik, saya memerlukan instrumen lain untuk melengkapi media pembelajaran pagi tu. Saya menjatuhkan pilihan pada kerikil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun