Pagi itu, seperti biasa, anak-anak membersihkan halaman sekolah sebelum bel berdentang tanda masuk kelas. Guru-guru mengawasi jalannya kegiatan untuk memastikan semua siswa terlibat membersihkan halaman. Namanya juga anak-anak, ada yang patuh, ada pula yang ogah-ogahan bersih-bersih. Beberapa orang siswa memilih duduk-duduk daripada bekerja. Salah seorang siswa lainnya memperlihatkan tingkah usil mengganggu temannya.
"Haikal! Jangan ganggu temanmu!" tegur salah seorang guru melihat tingkah Haikal (bukan nama sebenarnya).
Haikal tampak sedang mengusili temannya yang tengah memungut sampah. Dia memang dikenal anak yang usil, bicara ceplas-ceplos, dan hampir hiperaktif. Kalau jalan kakinya pasti menendang sesuatu atau tangannya memukul-mukul benda dan apa saja yang dibawanya. Ada saja ulahnya yang tidak biasa dan kerap membuat teman-temannya kesal.
"Dari tadi kok Haikal hanya bolak-balik tidak ikut mengambil sampah?" guru yang mengawasi kegiatan siswa melanjutkan tegurannya.
"Pak Guru sendiri ngapain?" Haikal malah balik bertanya melihat guru yang bersangkutan hanya berdiri mengawasi.
Pada dasarnya Haikal anak yang penurut. Saya sering memintanya membeli sesuatu di kios yang terletak tidak jauh dari sekolah. Tidak pernah sekalipun dia menolak. Dia selalu cepat merespon setiap kali saya memanggilnya.
Beberapa waktu setelah kejadian itu saya mengikuti rapat persiapan kegiatan Kelompok Kerja Gugus (KKG) di sebuah sekolah yang tidak jauh dari sekolah saya.
Sebelum rapat mulai saya mendekati seorang siswa (Putri, bukan nama sebenarnya) yang tengah asyik melihat screen handphone yang dibawanya. Menurut guru di sekolah tersebut, hari itu anak-anak di salah satu kelas sengaja diminta membawa HP sebagai media pembelajaran.
"Lagi nonton apa?" saya bertanya sambil menepuk pundak Putri.
"Ah," Putri sedikit kaget dan agak bengong melihat saya. "Bapak kepo," kata Putri tiba-tiba setelah kagetnya mereda. Dia tidak menjawab malah menyebut saya kepo, ngurusin orang.