Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Menyikapi Generasi Alpha yang Ceplas Ceplos?

13 Juni 2023   14:34 Diperbarui: 15 Juni 2023   15:40 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, seperti biasa, anak-anak membersihkan halaman sekolah sebelum bel berdentang tanda masuk kelas. Guru-guru mengawasi jalannya kegiatan untuk memastikan semua siswa terlibat membersihkan halaman. Namanya juga anak-anak, ada yang patuh, ada pula yang ogah-ogahan bersih-bersih. Beberapa orang siswa memilih duduk-duduk daripada bekerja. Salah seorang siswa lainnya memperlihatkan tingkah usil mengganggu temannya.

"Haikal! Jangan ganggu temanmu!" tegur salah seorang guru melihat tingkah Haikal (bukan nama sebenarnya).

Haikal tampak sedang mengusili temannya yang tengah memungut sampah. Dia memang dikenal anak yang usil, bicara ceplas-ceplos, dan hampir hiperaktif. Kalau jalan kakinya pasti menendang sesuatu atau tangannya memukul-mukul benda dan apa saja yang dibawanya. Ada saja ulahnya yang tidak biasa dan kerap membuat teman-temannya kesal.

"Dari tadi kok Haikal hanya bolak-balik tidak ikut mengambil sampah?" guru yang mengawasi kegiatan siswa melanjutkan tegurannya.

"Pak Guru sendiri ngapain?" Haikal malah balik bertanya melihat guru yang bersangkutan hanya berdiri mengawasi.

Pada dasarnya Haikal anak yang penurut. Saya sering memintanya membeli sesuatu di kios yang terletak tidak jauh dari sekolah. Tidak pernah sekalipun dia menolak. Dia selalu cepat merespon setiap kali saya memanggilnya.

Beberapa waktu setelah kejadian itu saya mengikuti rapat persiapan kegiatan Kelompok Kerja Gugus (KKG) di sebuah sekolah yang tidak jauh dari sekolah saya. 

Sebelum rapat mulai saya mendekati seorang siswa (Putri, bukan nama sebenarnya) yang tengah asyik melihat screen handphone yang dibawanya. Menurut guru di sekolah tersebut, hari itu anak-anak di salah satu kelas sengaja diminta membawa HP sebagai media pembelajaran.

"Lagi nonton apa?" saya bertanya sambil menepuk pundak Putri.

"Ah," Putri sedikit kaget dan agak bengong melihat saya. "Bapak kepo," kata Putri tiba-tiba setelah kagetnya mereda. Dia tidak menjawab malah menyebut saya kepo, ngurusin orang.

Begitulah jawaban anak-anak sekarang jika disuruh melakukan sesuatu oleh guru. Atau jika ditanya sebagai bentuk basa-basi. Mereka akan merespon sebuah stimulus verbal dengan cara yang berbeda dengan generasi sebelumnya. 

Haikal dan Putri adalah anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar di tahun 2023. Jika sekarang umur mereka 11-12 tahun, sebagaimana dikutip dari KOMPAS.Com, mereka termasuk dalam kelompok yang menjalani keseharian sebagai generasi Alpha, generasi yang lahir dalam periode tahun 2010 sampai 2024.

Pengelompokan periode kelahiran Generasi Alpha sedikit bervariasi. Wikipedia mengelompokkan generasi alpha sebagai bayi yang lahir antara 2013-2025.

Terlepas dari perbedaan periode di atas, generasi alpha merupakan generasi menjalani kehidupan sejak dilahirkan telah mengenal komunikasi digital. 

Stephen Eldridge, seorang penulis yang bermukim di Chicago, Amerika Serikat, yang menggambarkan kelahiran generasi Alpha dalam rentang 2010-2025, menulis dalam Britanica,

"Beberapa peneliti menyebut Generasi Alfa sebagai "Generasi C" atau "Generasi COVID" karena mereka akan menjadi generasi pertama yang tumbuh besar atau seluruhnya di dunia yang tersentuh oleh pandemi COVID-19 dan responnya. Pandemi mempercepat tren teknologi yang ada yang memengaruhi Generasi Alfa, mendorong lebih banyak komunikasi digital, terutama di negara-negara industri, melalui penggunaan panggilan video, rapat, dan ruang kelas jarak jauh. Generasi Alpha menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama orang tua mereka daripada yang seharusnya mereka lakukan sebagai akibat dari pandemi COVID-19."

Kutipan dari narasi Stephen di atas telah mengurai sebuah fakta bahwa generasi Alpha merupakan kelompok usia yang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan di bawah pengaruh teknologi digital sepanjang hidupnya.

Sejak keluar dari rahim ibunya, teknologi itu menghubungkan generasi ini dengan kehidupan masyarakat yang multikultur di luar lingkungan primordial mereka. 

Generasi alpha sejak awal telah menyaksikan berbagai warna kehidupan di banyak belahan bumi melalui gadget yang mereka mainkan setiap hari.

Hal ini mempengaruhi gaya komunikasi dan interaksi mereka. Cara mereka menyikapi sesuatu sangat dipengaruhi oleh informasi yang mereka konsumsi setiap hari.

Jika sikap Haikal dan Putri di atas ditemukan ketika era generasi X atau Y yang masih duduk di bangku SD, jawaban kedua anak itu bisa jadi akan menjadi sesuatu yang ganjil dan bahkan tabu. Anak-anak akan dianggap tidak sopan atau tidak hormat kepada guru.

Hari ini kita tidak bisa menjustifikasi kebiasaan berkomunikasi seperti itu sebagai sesuatu yang salah. Mereka tumbuh dan besar dalam tahapan perkembangan zaman yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Keakraban mereka dengan teknologi digital mempengaruhi sikap generasi Alpha menjadi anak-anak yang terbuka dan ceplas-ceplos. 

Mereka dibentuk menjadi lebih kritis sekaligus individualistis, sebagaimana ditunjukkan oleh Haikal dan Putri. Respon Haikal mengisyaratkan bahwa anak Alpha itu sedang menunjukkan sikap kritisnya. Haikal secara terbuka melontarkan pertanyaan retoris. Pertanyaan itu, pada prinsipnya, sedangkan menggugat arti sebuah sebuah keteladanan.

Pada saat yang sama, di balik pertanyaan itu, Haikal, dengan cara yang kritis, mengajak guru yang bersangkutan dengan untuk bekerja bersama-sama.

Demikian juga Putri. Anak perempuan itu merasa memiliki hak privasi yang tidak ingin dibuka kepada orang lain. Dia telah menunjukkan sikap ciri individualisnya. Saat menyebut kata kepo, Putri ingin menegaskan bahwa saya tidak boleh memaksakan keinginan saya untuk mengetahui sesuatu yang bersifat pribadi.

Hal yang sangat kontras dengan anak-anak generasi Baby Boomer, X, atau Y, bahkan mungkin sebagian generasi Z. Pada umumnya anak-anak sebelum generasi alpha memiliki sikap yang cenderung tertutup dan sangat patuh kepada guru. Berjumpa guru saja segan apalagi ngobrol atau mempertanyakan suatu yang berbau perintah.

Menyikapi generasi Alpha yang ceplas ceplos dapat dapat dilakukan dengan pendekatan yang bijak. Hal utama yang diperlukan adalah sebuah pemahaman bahwa mereka tumbuh dalam lingkungan yang berbeda. Jika boleh dikaitkan dengan gagasan Ki Hajar Dewantara tentang kodrat zaman, generasi alpha dibesarkan dalam zaman yang telah mengalami perubahan yang telah melampaui zaman kita sebagai orang dewasa.

Untuk itu, diperlukan kesabaran dalam menghadapi sikap mereka yang ceplas ceplos sambil berusaha memahami sudut pandang mereka.

Komunikasi terbuka merupakan bagian penting dalam berinteraksi dengan generasi Alpha. Mereka membutuhkan dialog yang dapat memungkinkan kita menciptakan hubungan yang kuat. Pendekatan ini akan dapat menumbuhkan sikap saling menghormati antara generasi alpha dengan generasi sebelumnya.

Meskipun generasi alpha mungkin ceplas ceplos, mereka juga perlu diberikan pemahaman tentang batasan dan panduan yang jelas dalam hal perilaku dan etika dalam pergaulan sosial, terutama dalam penggunaan media sosial. Mereka masih membutuhkan arahan dan bimbingan untuk membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka.

Pada saat yang sama, dengan penguasaan teknologi, mereka perlu dibekali dengan keterampilan lunak (soft skill), seperti empati, kerja sama, dan kemampuan komunikasi antar sesama. Keterampilan ini dapat diwujudkan melalui proses belajar yang mendorong kolaborasi dan pemecahan masalah, untuk menanamkan nilai-nilai sosial

Jika kembali kepada respon Haikal di atas, anak-anak alpha membutuhkan teladan yang baik. Mereka memerlukan sumber belajar melalui contoh yang diberikan oleh orang dewasa di sekitar mereka.

Oleh karena itu, orang tua, guru, dan lingkungan perlu menciptakan contoh-contoh positif melalui tindakan, perilaku, komunikasi, dan hal-hal lain yang bernilai positif. Hal ini akan membantu mereka memahami pentingnya etika dan menghormati orang lain.

Penting untuk diingat bahwa setiap generasi memiliki ciri khas dan tantangan tersendiri. Dengan pendekatan yang bijak, kesabaran, dan saling pengertian, kita dapat membantu generasi Alpha tumbuh dan berkembang menjadi individu yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

Lombok Timur, 13 Juni 2023

Referensi :1, 2, 3, 4, 5, 6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun