Mereka dibentuk menjadi lebih kritis sekaligus individualistis, sebagaimana ditunjukkan oleh Haikal dan Putri. Respon Haikal mengisyaratkan bahwa anak Alpha itu sedang menunjukkan sikap kritisnya. Haikal secara terbuka melontarkan pertanyaan retoris. Pertanyaan itu, pada prinsipnya, sedangkan menggugat arti sebuah sebuah keteladanan.
Pada saat yang sama, di balik pertanyaan itu, Haikal, dengan cara yang kritis, mengajak guru yang bersangkutan dengan untuk bekerja bersama-sama.
Demikian juga Putri. Anak perempuan itu merasa memiliki hak privasi yang tidak ingin dibuka kepada orang lain. Dia telah menunjukkan sikap ciri individualisnya. Saat menyebut kata kepo, Putri ingin menegaskan bahwa saya tidak boleh memaksakan keinginan saya untuk mengetahui sesuatu yang bersifat pribadi.
Hal yang sangat kontras dengan anak-anak generasi Baby Boomer, X, atau Y, bahkan mungkin sebagian generasi Z. Pada umumnya anak-anak sebelum generasi alpha memiliki sikap yang cenderung tertutup dan sangat patuh kepada guru. Berjumpa guru saja segan apalagi ngobrol atau mempertanyakan suatu yang berbau perintah.
Menyikapi generasi Alpha yang ceplas ceplos dapat dapat dilakukan dengan pendekatan yang bijak. Hal utama yang diperlukan adalah sebuah pemahaman bahwa mereka tumbuh dalam lingkungan yang berbeda. Jika boleh dikaitkan dengan gagasan Ki Hajar Dewantara tentang kodrat zaman, generasi alpha dibesarkan dalam zaman yang telah mengalami perubahan yang telah melampaui zaman kita sebagai orang dewasa.
Untuk itu, diperlukan kesabaran dalam menghadapi sikap mereka yang ceplas ceplos sambil berusaha memahami sudut pandang mereka.
Komunikasi terbuka merupakan bagian penting dalam berinteraksi dengan generasi Alpha. Mereka membutuhkan dialog yang dapat memungkinkan kita menciptakan hubungan yang kuat. Pendekatan ini akan dapat menumbuhkan sikap saling menghormati antara generasi alpha dengan generasi sebelumnya.
Meskipun generasi alpha mungkin ceplas ceplos, mereka juga perlu diberikan pemahaman tentang batasan dan panduan yang jelas dalam hal perilaku dan etika dalam pergaulan sosial, terutama dalam penggunaan media sosial. Mereka masih membutuhkan arahan dan bimbingan untuk membantu mereka memahami konsekuensi dari tindakan mereka.
Pada saat yang sama, dengan penguasaan teknologi, mereka perlu dibekali dengan keterampilan lunak (soft skill), seperti empati, kerja sama, dan kemampuan komunikasi antar sesama. Keterampilan ini dapat diwujudkan melalui proses belajar yang mendorong kolaborasi dan pemecahan masalah, untuk menanamkan nilai-nilai sosial
Jika kembali kepada respon Haikal di atas, anak-anak alpha membutuhkan teladan yang baik. Mereka memerlukan sumber belajar melalui contoh yang diberikan oleh orang dewasa di sekitar mereka.
Oleh karena itu, orang tua, guru, dan lingkungan perlu menciptakan contoh-contoh positif melalui tindakan, perilaku, komunikasi, dan hal-hal lain yang bernilai positif. Hal ini akan membantu mereka memahami pentingnya etika dan menghormati orang lain.