Ritual Penilaian Tengah Semester (PTS) pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023, di Lombok Timur khususnya, tengah diselenggarakan secara serentak di semua sekolah pada jenjang pendidikan dasar (SD/SMP). Dalam kegiatan ini, sejumlah sekolah menggunakan menggunakan penilaian secara digital pada kelas tertentu, dan pada kelas lainnya memilih penilaian secara manual. Pada jenjang sekolah dasar, khususnya, penilaian secara digital digunakan siswa kelas tinggi (kelas 4, 5, dan 6).
Di sekolah saya media penilaian menggunakan dua pilihan, secara manual dan daring. Oleh karena itu, sejak hari pertama kegiatan PTS, tampak sejumlah siswa membawa handphone dari rumah karena sekolah memiliki fasilitas gawai yang terbatas. Hal ini tentu diputuskan setelah melalui konfirmasi dengan orang tua siswa atau wali murid.
Penggunaan media digital dalam penilaian kali ini terkendala jaringan yang kurang bersahabat dalam beberapa hari terakhir. Hal ini disebabkan oleh layanan internet yang kurang memadai. Penyedia jasa layanan, pada dasarnya pembeli dari provider, seperti Indihome, dan didistribusikan lagi kepada konsumen. Saya tidak begitu memahami bagaimana proses perambatan sinyal dalam jaringan internet. Namun kalau boleh saya ibaratkan mungkin jaringan internet itu ibarat air yang mengalir dari saluran primer, ketika menyebar ke saluran sekunder atau tersier, aliran air mengecil.
Apa boleh buat. Layanan serupa yang lebih stabil di sekitar sekolah tidak tersedia. Itu satu-satunya pilihan.
Kondisi ini menimbulkan hal-hal unik. Tingkat stabilitas jaringan internet yang rendah membuat anak-anak harus mencari posisi yang tepat agar dapat mengakses soal-soal yang dibuat melalui google form dengan baik.
Sejumlah siswa mengikuti kegiatan penilaian di salah satu teras sekolah untuk mendapatkan signal yang maksimal. Beberapa siswa mengambil tempat di sisi teras lainnya. Anak-anak itu berjongkok, bersila, bersandar pada dinding dan tiang, atau memilih posisi lainnya tergantung rasa nyaman masing-masing.
Pada hari yang berbeda, seorang siswa tampak menjauh dari kelompoknya dan memilih duduk menyendiri di salah satu sudut teras. Para guru terlihat ikut membantu siswa mengakses soal dalam perangkat yang digunakan siswa.
Hal unik lainnya, dua siswa bersaudara berebut smartphone satu-satunya milik orang tuanya untuk dipergunakan dalam penilaian tersebut. Hal ini membuat guru meminjamkan handphone-nya kepada satu dua siswa yang tidak kebagian perangkat yang ada.