Ada percakapan yang menarik dalam salah satu WAG , sebuah ruang diskusi untuk berkonsultasi tentang ARKAS (Aplikasi Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah) ARKAS, diluncurkan Kemdikbudristek, sebuah sistem online yang berfungsi untuk melakukan pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). ARKAS memungkinkan sekolah melakukan perencanaan dan pelaporan dana BOS secara online yang terhubung dengan server Managemen Aplikasi Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (MARKAS) di tingkat daerah dan tingkat pusat.
Percakapan itu menarik karena memicu kejengkelan admin dan bermuara kepada keluarnya admin dari WAG. Saya merasa penasaran lalu menelusuri penyebab kejengkelan itu dengan melakukan scroll ke atas. Sepintas semua komentar tampak wajar sampai akhirnya saya menemukan salah satu komentar yang agak berbeda. Komentar yang dikirim menjelang tengah malam itu berisi permohonan kepada admin untuk menyetujui perubahan ARKAS yang telah dilakukan oleh sebuah sekolah.
"Mana nih, Admin? Saya butuh pengesahan malam ini. Besok kami harus tuntaskan buku kas."
Demikian penggalan komentar salah seorang anggota grup. Saya menduga komentar itu dikirim oleh operator sekolah yang memang ditugaskan hampir semua sekolah untuk menangani ARKAS. Saya juga menduga bahwa komentar itu dikirimkan oleh operator sekolah yang masih belia dan belum memiliki kemampuan komunikasi yang cukup baik. Pada saat yang sama, admin juga terkesan terlalu sensitif dan membalas komentar itu dengan nada yang menunjukkan ketersinggungan. Setelah menjawab dengan kalimat yang agak ketus, admin juga langsung keluar dari grup.
Apa yang terjadi dalam percakapan WAG di atas, menunjukkan bahwa setiap orang penting membekali diri dengan kemampuan komunikasi verbal khsususnya. Tidak semua struktur kata yang digunakan dapat diterima secara positif oleh orang lain. Bisa saja kalimat itu terkesan wajar bagi sekelompok orang tertentu tetapi menjadi sesuatu yang memberikan ketidaknyamanan bagai orang lain.
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Dalam proses komunikasi ada penyampai dan penerima pesan. Dua posisi itu bisa berubah dalam proses komunikasi. Artinya, dalam komunikasi dialogis, penerima pesan bisa berubah menjadi penyampai pesan, atau sebaliknya, penyampai pesan bisa menjadi penerima pesan. Keduanya dapat dipertukarkan. Saat salah seorang sedang berbicara maka dia sedang menjadi penyampai pesan. Demikian seterusnya sampai komunikasi berakhir.
Bahasa memang memberikan kemungkinan berlangsungnya komunikasi secara efektif. Sebagai ilustrasi, dengan menyebutkan kata "meja", sistem koginisi seseorang akan bekerja secara spontan membayangkan sebuah benda terbuat dari kayu atau bahan tertentu yang dilengkapi kaki sebagai penyangga dan berfungsi untuk berbagai keperluan.
Namun demikian, kerap kali proses komunikasi itu bermuara pada titik yang tidak menyenangkan. Percakapan dalam WAG di atas membuktikan bahwa betapa pentingnya seseorang membekali diri dengan diksi dan susunan kata yang tepat agar pesan itu diterima secara positif oleh orang lain. Pilihan kata atau diksi menjadi pertimbangan penting dalam komunikasi verbal untuk menghindari kesalahpahaman pada penerima informasi.
Diksi bukan hanya tentang ketepatan makna melainkan juga melibatkan unsur perasaan. Pilihan kata yang tepat seharusnya dapat menganulir kemungkinan munculnya respon yang tidak dikehendaki lawan bicara.
Kalimat yang ditulis dalam WAG di atas memang terlihat wajar karena secara kasat mata tidak menunjukkan diksi yang mengandung makna negatif, misalnya, menggunakan kata kotor. Akan tetapi, jika dimaknai lebih jauh kalimat di atas terkesan memerintah atau memaksa admin. Pada saat yang sama, admin yang memang menguras energi seharian menanggapi dengan sikap yang berbeda. Bisa jadi karena faktor kelelahan karena seharian harus melayani pertanyaan dan permintaan pengelola ARKAS yang terdiri dari hampir ribuan sekolah.
Dari sisi penerima pesan, kedewasaan dalam proses komunikasi sangat diperlukan. Ketika berhadapan dengan situasi semacam itu, penerima pesan seharusnya dapat memahami karakteristik penyampai pesan.