Ada sebuah kisah seorang pejabat, sebut saja Kepala Urusan (Kaur) Perjandaan di Desa Antah Berantah. Urusan perjandaan dibentuk dalam beberapa sub-urusan yang ditangani seorang Koordinator. Koordinator itu terdiri dari Koordinator Janda Muda, Koordinator Janda Tua, Koordinator Janda karena ditinggal Mati, Koordinator Janda karena Disia-Siakan Suaminya. Ada pula Koordinator Janda Betulan dan Koordinator Janda Malaysia (Jamal). Jamal merupakan istilah untuk menyebut seseorang yang ditinggal suaminya menjadi TKI ke Malaysia tetapi tidak pernah pulang dan tidak mendapatkan kiriman nafkah.
Kembali kepada pejabat di atas. Banyak koordinator yang tidak habis pikir dengan gaya kepemimpinannya. Setiap rapat sang pejabat hanya menyampaikan keluhan dan kemarahan. Amat jarang terdengar dia memberikan motivasi dan penghargaan kepada bawahannya. Tidak saja saat rapat internal tetapi juga saat rapat yang melibatkan undangan pejabat lain.
"Saya sudah sering menyampaikan himbauan kepada semua koordinator, mulai dari koordinator janda muda, koordinator janda tua, koordinator janda karena ditinggal mati, sampai koordinator janda karena disia-siakan suaminya. Saya selalu menekankan agar para koordinator tidak main-main dengan tugasnya. Salah satunya, tidak memacari para janda"
Begitu penggalan pengantar Kepala Urusan Perjandaan dalam suatu rapat bersama staf yang dihadiri Kepala Badan Perjandaan Daerah suatu hari.
"Saya sudah berkomitmen bahwa setiap koordinator yang melanggar regulasi itu saya pastikan akan dinonaktifkan," kata sang Kaur melanjutkan dengan gayanya yang tidak berubah.
Para koordinator saling memandang.
"Siapa yang pacaran?"
Demikian pertanyaan yang muncul di antara peserta rapat. Tentu saja dengan suara berbisik. Suara yang didominasi suara napas.
Saat sesi diskusi salah seorang koordinator mengangkat tangan pertanda minta ijin untuk berbicara.
Baca juga: Secarik Rujukan untuk Bibi Sum"Terima kasih untuk kesempatan yang diberikan kepada saya. Perkenankan saya menggarisbawahi pernyataan Pak Kaur mengenai memacari janda tadi. Sebagai koordinator yang secara langsung berinteraksi dengan para janda dan saya sendiri membidangi janda-janda muda, harus memberikan pelayanan yang baik. Ketika mereka mengeluh tentang sulitnya menentukan pasangan atau banyaknya cobaan karena disebut pelakor saya harus melakukan komunikasi dengan baik. Sebagai pelayan janda muda saya harus bersikap ramah dan melayani mereka dengan penuh perasaan. Tentunya perasaan sebagai sesama manusia. Kasihan mereka Pak. Hidup sendiri saja sudah berat lalu ditambah lagi opini dan citra mereka di tengah masyarakat. Mereka tertekan. Jadi hanya kepada saya dan anggota saya mereka bisa mengadu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!