Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengembangkan 3 Karakter Melalui Penggalangan Dana Gempa Cianjur di Sekolah

5 Desember 2022   08:14 Diperbarui: 6 Desember 2022   09:19 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gempa bumi, 21/11/22, yang melantakkan Cianjur menelan korban meninggal 331 dan 11 orang belum ditemukan. Gempa Cianjur itu juga mengakibatkan puluhan ribu bangunan rusak sebagaimana disebutkan Kompas.com

Gempa yang diduga akibat dari pergerakan Sesar Cimandiri itu (Detik.com) mengingatkan saya pada gempa Lombok empat tahun silam, tahun 2018. Gempa itu mengakibatkan kerugian yang cukup besar, meninggalkan kerusakan parah, dan korban jiwa yang cukup banyak. 

Dampak gempa juga menancapkan trauma yang mendalam bagi semua orang. Trauma itu menyebar ke seluruh wilayah Lombok kala itu. Rumah menjadi momok yang menakutkan. 

Semua orang meninggalkan rumah. Warga tidur di tenda-tenda yang didirikan di ruang halaman rumah, halaman kantor, persawahan, dan lapangan. Teriakan, sedikit gerakan tempat berpijak, getaran jendela, semuanya dapat membuat orang kaget dan berpikir bahwa itu gerakan akibat gempa.

Bencana itu juga membuat perbedaan cara berpikir dan cara pandang tentang bencana itu sendiri terutama penyebabnya. Sekelompok orang melihat dari sudut pandang hubungan hamba dan sang Khalik. 

Pada titik ini, bencana dipandang sebagai peringatan, ujian, dan bahkan azab. Ada lagi yang tidak rasional. Mereka menghubungkan gempa dengan pilihan politik.

Tidak hanya itu, selalu ada oknum yang mencoba peruntungan melalui dana bantuan bagi korban. Dilansir dari BBC.com seorang anggota DPRD Kota Mataram tertangkap tangan karena menerima suap atas usulan anggaran bencana gempa Lombok 2018 saat itu. Perilaku oknum wakil rakyat tersebut tentu saja tidak dibenarkan. Ini sebuah kejahatan luar biasa dengan memanfaatkan posisi atau jabatannya.

Apa yang terjadi di atas adalah sebuah dinamika kehidupan. Perbedaan pandangan terhadap sebuah permasalahan selalu ada dan bersifat wajar.

Adanya upaya oknum tertentu untuk memperkaya diri juga salah satu bentuk dinamika. Sudah menjadi sifat dasar manusia yang tidak bisa melepaskan diri dari belenggu ketamakan ketika melihat sebuah peluang. 

Selalu ada kecenderungan satu dua orang berupaya mengambil kesempatan dalam kesempitan. Namun demikian, apa yang dilakukan oknum wakil rakyat di atas tidak boleh dibiarkan terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun