Dua peristiwa ramai beredar di media sosial dalam minggu-minggu terakhir ini. Pertama seorang nenek dianiaya enam orang remaja berseragam sekolah. Tanpa alasan anak-anak berseragam pramuka itu tetiba saja menghajar perempuan tua yang tengah berdiri di pinggir jalan.
Laiknya petarung MMA, salah seorang di antara anak itu melayangkan tendangannya ke arah perempuan renta itu. Tendangan itu membuat nenek terhuyung dan jatuh terjengkang. Beberapa sumber menyebutkan bahwa kejadian serupa juga sudah terjadi sebelumnya dengan pelaku dan korban yang sama dan dikabarkan mengalami gangguan jiwa. Peristiwa ini menarik perhatian banyak orang.
Peristiwa lainnya, seorang anak pengendara sepeda motor marah-marah saat ditegur polisi karena tidak mengenakan helm. Dengan sabar polisi itu memberikan pengertian bahwa anak itu telah melanggar peraturan lalu lintas. Alih-alih menerima teguran dan penjelasan polisi, bocah belasan tahun itu malah mengeluarkan makian.
Dua kejadian di atas mengisyaratkan bahwa betapa perilaku anak-anak dan remaja saat ini begitu gampang melakukan tindakan di luar nalar dan perasaan. Kejadian pertama telah memberikan gambaran bahwa rasa empati anak-anak dan remaja terhadap orang lain seakan sudah terkubur.
Sikap brutal dan perilaku kasar memang tidak ditunjukkan oleh semua remaja. Masih banyak di antara mereka yang memiliki karakter yang mencerminkan pekerti yang luhur. Namun, kondisi ini tidak membuat kita membiarkan dan membenarkan tindakan serupa sehingga terus terjadi.
Bagaimana mungkin anak-anak dengan menggunakan seragam sekolah dapat melakukan tindakan yang sama sekali tidak mencerminkan sikap manusiawi? Sebuah tindakan bar-bar yang tidak dapat dipahami dan diterima oleh akal pikiran. Tindakan yang tidak dapat dibenarkan dari sudut pandang apapun, kecuali para penggemar perilaku kekerasan itu sendiri. Lalu apa yang salah dengan generasi kita?
Perilaku serupa bisa saja terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia. Tindakan yang mengabaikan aspek kemanusiaan bisa mewarnai setiap zaman sejarah kehidupan manusia. Bahkan manusia keturunan pertama dari Adam sanggup menghabisi saudaranya sendiri hanya karena rasa cemburu.
Penyebab Prilaku Kekerasan
Penyebab perilaku kekerasan (Aris Munandar: 2019) dipicu oleh sejumlah faktor yang terdiri dari, dendam, stabilitas emosi yang lemah, pola asuh dan suasana keluarga, tradisi, perubahan sosial ekonomi, modelling, gangguan harga diri dan hilangnya harga diri.
Penelitian yang dilakukan oleh Soewandi, (dalam Pusat Data dan Analisa Tempo, 2021), menyimpulkan bahwa faktor penyebab perilaku kekerasan dan kriminal pada remaja didominasi oleh ketidakharmonisan keluarga.
Apa yang disimpulkan Soewandi di atas cukup logis. Anak-anak menjalani kehidupan bersama keluarga memiliki durasi yang paling lama dibandingkan dengan elemen lain dalam kesehariannya. Jika sepanjang hari seorang anak hanya mendapati suasana menegangkan dalam kehidupan keluarga, secara psikologis dapat membuatnya tidak nyaman. Bisa dibayangkan jika situasi seperti itu terus menerus terjadi, salah satu akibatnya adalah anak-anak akan mengalami emosi yang tidak stabil dan mudah marah. Pada titik puncak, kondisi ini dapat meledakkan emosinya dengan melakukan tindakan kekerasan kepada sesama.