Bahan Bakar Minyak (BBM) baru saja mengalami kenaikan harga. Masih hangat, sehangat tangan yang dibenamkan di antara dua paha saya sendiri saat dingin merasuk malam. Kehangatan itu bisa saja akan bertahan lama. Akan tetapi, suatu saat akan hilang dengan sendirinya ketika masyarakat sudah terbiasa dengan harga pasca kenaikan.
Sebuah pesan WAG masuk membuat saya tersenyum kecil. Berikut bunyi pesannya.
Opini yang membahas tentang kenaikan BBM berseliweran mengisi arus informasi. BBM menjadi topik perbincangan di televisi, diskusi di radio, sampai dialog dalam podcast. Topik tentang BBM dapat ditemukan dalam obrolan sopir di warung kopi, senda gurau dua tetangga kampung di atas lincak ringkih, sampai canda petani di atqs pematang sawah. Semua orang mengisi ruang komunikasi tentang BBM, salah satu kebutuhan dasar manusia masa kini. Kompasiana menjadi salah satu ruang ribut tentang kenaikan itu.
Kenaikan BBM secara umum membelah publik dalam dua kelompok opini, pro dan kontra. Wajar saja. Tidak perlu heran dengan kelompok yang setuju. Pun tidak harus meledek kepada kelompok yang kontra. Setiap orang memiliki perspektif masing-masing.
Kenaikan harga BBM selalu, secara niscaya, disertai dengan kenaikan harga barang-barang lainnya. Inflasi, kata para ekonom. Kenaikan harga barang itu sendiri dapat menimbulkan permasalahan sosial. Salah satunya, menurunnya daya beli masyarakat. Artinya, kaum kismin bertambah.
Namun, patut diapresiasi bahwa kebijakan penyesuaian harga BBM bertujuan untuk menurunkan angka kemiskinan. Mudah-mudahan klaim ini benar adanya.
Banyak artikel mengulas petunjuk atau tips menghadapi kenaikan itu. Tips itu antara lain, kurangi makan di luar, bepergian jika dianggap penting.
Saya sendiri tengah mencoba mengubah pola hidup menjadi lebih minimalis dalam beberapa hal. Ini penting untuk menyambut inflasi yang bisa muncul kapan saja.
Kemarin siang saya menghadiri pemakaman keluarga seorang sahabat yang tinggal di pusat kota kabupaten, berjarak sekitar 20 km dari rumah saya. Sore harinya, saya menjenguk mertua yang sakit.