Mohon tunggu...
Yamin Mohamad
Yamin Mohamad Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jelajah Pantai Selatan Pulau Lombok

9 Juni 2022   09:07 Diperbarui: 9 Juni 2022   09:20 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angin pesisir berhembus ringan siang itu. Hembusannya seakan hendak menghalau dengan hati-hati segala panas yang menjerang bumi sekitar dermaga Desa Paremas, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Saat turun dari mobil, saya mencari area yang teduh untuk menghindari sengatan panas dan mengurangi perasaan gerah. Suhu udara yang panas siang itu benar-benar memeras hampir setiap tetes keringat.

Itulah serpihan kecil pengalaman saya ketika minggu lalu saya dan sejumlah rekan-rekan mencoba melepaskan penat kerja dan merefresh pikiran dengan menjelajah pesisir selatan Pulau Lombok. Salah satu sasaran perjalanan saat itu adalah lesehan terapung Sadewa.

Lesehan itu terletak di sebuah teluk kecil desa Pare Mas, Kecamatan Jerowaru. Kedai makan, mengambang sekitar 150 m dari dermaga, itu dapat dicapai dengan perahu yang disiapkan pengelola lesehan untuk para pengunjung. 

Dermaga dengan struktur beton itu sendiri dibangun sebagai titik berlabuh perahu yang menghubungkan warga dan pengunjung dengan beberapa gili (pulau kecil di tengah laut: sasak red) yang ada di sekitarnya.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Dari ujung dermaga tampak bangunan lesehan bergoyang mengikuti irama gerak air laut di tengah teluk. Sebuah perahu di salah satu sisi lesehan terlihat mulai bergerak perlahan menuju dermaga dimana saya dan rekan-rekan menunggu. Hanya butuh waktu 3-4 menit perahu itu bergerak dari dermaga membawa penumpangnya untuk menjejakkan kaki di lantai lesehan.

Menurut pemiliknya, lesehan itu dibangun dan beroperasi sejak tahun 2014. Lokasi itu sengaja dipilih untuk menghindari resiko hanyut akibat pengaruh pasang surut air laut. Berbeda jika bangunan itu diapungkan di genangan laut yang langsung berhadapan dengan laut lepas, resikonya lebih besar.

Di samping itu lokasi lesehan memungkinkan pengunjung menikmati pemandangan yang memanjakan mata. Di sebelah utara lesehan ada Gili Beleq (salah satu dari beberapa Gili) yang didiami ratusan kepala keluarga. Pemandangan digenapkan dengan sejumlah keramba milik warga, sebuah jembatan penghubung antara satu dengan gili lain, dan perahu nelayan di kejauhan yang tampak bagai sampan kertas kecil mengapung di permukaan air.

Dalam lesehan, udara sangat berbeda dengan daratan. Angin terasa lebih sejuk. Goyangan lesehan yang dibangun di atas bantalan apung memberikan sentuhan rasa yang nyaman. Sesekali angin mengangkat karpet lesehan yang diduduki pengunjung. Riak kecil air memicu hempasan lembut pada sisi lesehan dan menghasilkan keciprat ringan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun