Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mungkinkah Tugas Guru (Kelak) Digantikan Teknologi Digital?

2 Juni 2022   18:34 Diperbarui: 5 Juni 2022   07:18 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar daring (Sumber: shutterstock)

Pada suatu pagi saya membuka laptop. Ketika saya mencoba masuk beranda sebuah grup Facebook. saya menemukan sebuah TS (Thread Starter) yang menarik perhatian saya. Saya kutip dan berikut ini adalah kalimat TS tersebut.

"Dengan Begitu Pesatnya Kecanggihan Teknologi Digital Masa Kini maka Bukan tidak Mungkin ini  akan Mengancam Tugas Pokok Guru yang MUNGKIN pada  akhirnya di kemudian hari siswa kita  akan belajar bersama dgn om GOOGLE. Di Rumah.tidak ada lagi Pembelajaran Tatap MukaTrus Kita mau Dikemanakan "

Membaca TS tersebut, saya menyimpulkan ada kekhawatiran yang membuncah dalam sistem kognisi pemilik TS tentang profesi guru

TS tersebut menggambarkan betapa cemasnya yang bersangkutan karena profesi guru (menurut perkiraannya) suatu saat akan direnggut oleh teknologi informasi dan komunikasi. 

Anak-anak suatu saat nanti seakan tidak memerlukan lagi sosok seorang guru dengan hadirnya teknologi digital yang mampu memberikan informasi yang sangat lengkap.

Kemajuan teknologi, memang tidak dapat dinafikan, telah memberikan kontribusi kemudahan kepada setiap orang untuk belajar. 

Seseorang, misalnya, tidak perlu beringsut dari tempat duduk untuk mempelajari cara memperbaiki tivi yang rusak, laptop yang bermasalah, atau cara meracik makanan khas suatu daerah.

Bukti paling real adalah dalam keseharian saya adalah bagaimana anak bungsu saya yang baru berumur 4 tahun mampu berbahasa Indonesia karena terbiasa nonton YouTube. Padahal dalam komunikasi sehari-hari saya dalam keluarga dan lingkungan sosial menggunakan bahasa daerah.

Fakta di atas merupakan sebuah alasan munculnya kecemasan bahwa seseorang pada suatu saat kelak tidak memerlukan lagi orang lain untuk belajar. 

Dengan modal gadget dan fasilitas internet setiap orang dapat mempelajari setiap bentuk ilmu pengetahuan tanpa berinteraksi dengan sesama.

Diolah dari Canva
Diolah dari Canva

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun