Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nafas Ibu

27 Maret 2022   22:57 Diperbarui: 30 Maret 2022   05:31 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku kehilangan aksara
ketika melukis keagunganmu
Bukan karena kebodohanku
Tetapi tak kutemukan diksi yang sepadan
untuk mewakili pesona keluhuranmu

Aku hanya mampu bercerita
tentang asap tungkumu yang mengangkasa
saban hari
menguak pekat cakrawala fajar
atau
menari di bawah cerah lengkung jumantara
bahkan
ketika waktu dalam rengkuh paling kelam

Terngiang doa-doamu nan tajam menderas
menguras segala sengat bongkak
yang tumbuh liar dalam palung kesadaranku

Nafasmu Ibu
adalah angin swargaloka
mendesir lembut penuh cinta
untuk setiap helaan dan hembusan

Lombok Timur, 27 Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun