Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kompasiana; Perpusatakaan Digital tanpa Batas

20 Maret 2022   22:13 Diperbarui: 20 Maret 2022   22:38 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar di sini

Saya baru bergabung dalam blog kompasiana awal Januari 2022. Sebelumnya saya tidak tahu jika kompasiana merupakan sebuah flatform blog yang memberikan kesempatan kepada semua warga untuk menuliskan gagasan dan pengalamannya. Informasi itu berawal sebuah grup pelatihan menulis via Whatsapp yang digagas salah seorang kompasianer, Wijaya Kusumah atau Omjay, yang telah lama bergabung dalam kompasiana

Pada WAG tersebut, Omjay sering membagikan tulisannya yang diunggah pada kompasiana. Saya penasaran dan semalaman saya mencari informasi dan berusaha bergabung. Tepat 09 Januari 2022 saya dapat bergabung dan lima hari setelahnya, 14 Januari 2022, saya mengunggah tulisan pertama. 

Dalam lima hari itu saya bolak-balik membaca artikel para kompasianer untuk mengamati tema tulisan. Saya juga membaca kolom komentar untuk melihat bentuk respon atas tulisan tersebut. Hal ini didasari keraguan bahwa jangan-jangan tulisan yang akan saya unggah jadi bahan olok-olokan. Lima hari untuk membaca tentu cukup banyak tulisan yang bisa saya kunjungi. Dari sekian banyak tulisan itu, saya tidak menemukan pada kolom komentar yang memberikan respon “miring” terhadap setiap tulisan (atau saya belum menemukannya?).

Bagi saya, bergabung dalam kompasiana seperti memasuki dunia baru. Sebuah dunia yang menyajikan saya (dan mungkin semua kompasianer) dinamika gagasan, pengalaman, dan cara pandang terhadap realitas fisik dan non fisik. Di ruang ini saya menemukan miniatur Indonesia dengan keanekaragaman budaya dan tradisi, Di sini pula berkumpul banyak orang dengan pluralisme pemikiran ketika melihat sebuah persoalan.

Ketika minyak goreng menjadi persoalan publik, misalnya, kompasiana menawarkan bentangan perspektif yang nyaris sangat lengkap. Ragam pesepektif itu mulai dari alternatif cara mengatasi kelangkaannya pada tingkat konsumen, penyebab kelangkaan, akibat sosial yang ditimbulkan, sampai sudut pandang minyak goreng yang menyentuh kebijakan pemerintah. Minyak goreng hanya satu hal. Sejumlah topik utama juga mengalami hal yang sama.

Tanpa bergabung di kompasiana, saya tidak akan menemukan hamparan cara berfikir yang begitu luas dalam waktu sekejap. Kompasiana dapat diandaikan sebagai perpustakaan digital dengan koleksi buku bacaan tanpa batas. Kompasiana bukan hanya sekadar sebuah flatform blog yang memajang pikiran dan pengalaman satu atau dua orang. Ruang ini memanjakan pemburu informasi dengan etalase pikiran tentang realitas sehari-hari, kedamaian alam pedesaan, getirnya kehidupan kota, sampai kejamnya perang. 

Terima kasih Kompasiana

Terima kasih Omjay

Di atas Kursi Hidrolik, 20 Maret 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun