Mohon tunggu...
Didiet Fals Beneran
Didiet Fals Beneran Mohon Tunggu... lainnya -

Seuntai kata yang terurai- Lepas mengalir bagai mata air- Tak kuasa ku menahannya- Maafkan aku- "Bila mengusik masa itu- Biarkan ku beralun meski Kian lirih nadaku "

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Melati di Hati

23 Agustus 2016   10:16 Diperbarui: 23 Agustus 2016   10:24 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau pinta sebuah cerita
Akan indahnya cinta 

Sedang dulu saat kita bersama 
Segala telah kupasrahkannya
Aku tak punya apa-apa 
Setangkup hati telah kau bawa
Suka duka dan bahagia 
Tersisa tanpa kau paksa
Kan selalu kurasa

Kau pinta puisi senja
Kalau mentari melukis pelangi jingga 
Sesaat keindahan alam sempurna 
Bekam malam menghitam warna
Pada langit kusandarkan rasa
Kaulah sesungguhnya purnama 
Sang rembulan bercahaya 
Penaung luka
Memberai tawa

Kau pinta sebait sajak
Akan sebuah jejak
Kenangan yang menampak
Pada rindu yang masih bergejolak 
Bagai biru lautan yang berombak
Pada karang dan tonggak
Ada dan kian mencengkram jarak
Hanya deburan rasa berjingkrak 
Tiada henti berkecipak-cipak

Kau pinta ku menggores lagi
Tentang indahnya bunga melati 
Yang terkembang putih dan wangi 
Pada setangkai tinggi semampai 
Aromamu memberai diruang suci
Yang kuhirup di nafas diri
Kaulah sesungguhnya melati suci
Dihati

--oooOooo---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun