Mohon tunggu...
Didiet Fals Beneran
Didiet Fals Beneran Mohon Tunggu... lainnya -

Seuntai kata yang terurai- Lepas mengalir bagai mata air- Tak kuasa ku menahannya- Maafkan aku- "Bila mengusik masa itu- Biarkan ku beralun meski Kian lirih nadaku "

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Bait Cinta Melilit di Hati yang Terjahit

28 Maret 2015   09:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:53 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

.
Telah kuberi setangkup bunga tulip
Lihatlah bintang-bintang berkerlip
Cahya rembulanpun terselip
Menatapmu tiada kuberkedip
.
Pada jendela kelas terintip
Lukisan bunga kata hati terselip
Pada kumbang-kumbang kan kusalip
Dihatimu kutancap salam telah tertitip
.
Ingin kugapit tanpa terhimpit
Gejolak mala rindu terjangkit
Segala kata hati kan terungkit
Liatmu menggigit kecang berkelit
.
Pada malam minggu telah kujepit
Segala kawal rindu di gang-gang sempit
Lepas sedetik waktuku pamit
Masihkah ragumu berawan kelangit ?
.
Saat di beranda canda berjumpalit
Jemari tanganmu lembut terkait
Keluh kantukmu berbangkit
Sedikit cukup melilit pelit
.
Goresan kisah cinta kian berbait
Teguk-reguk secangkir kopi pahit
Hati selembut sutramu yang terjahit
Berlahan benang bordirku yang melilit

--ooOoo--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun