Mohon tunggu...
Mohamad Rifky
Mohamad Rifky Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Mahasiswa Ilmu Hukum,

komunikasi, Organisasi, dan Hukum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dalam Berdakwah Sebenarnya Kita Berdagang

22 Oktober 2024   06:50 Diperbarui: 22 Oktober 2024   06:56 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Dakwah dan Pentingnya Memahami Kebutuhan "Pasar" (Masyarakat)

Seperti pedagang yang mempelajari pasar dan menyesuaikan produknya agar lebih diterima, seorang pendakwah juga harus memahami kebutuhan masyarakat yang menjadi target dakwahnya. Masyarakat yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda pula, baik dari segi cara komunikasi, isu-isu yang relevan, maupun pendekatan yang efektif.

  • Segmentasi Audiens: Dalam perdagangan, pedagang yang sukses akan memetakan target pasar berdasarkan kelompok umur, lokasi, dan kebutuhan. Dalam dakwah, penting untuk memahami siapa audiens kita—apakah itu anak muda, orang dewasa, atau komunitas tertentu. Dengan begitu, dakwah bisa disesuaikan agar lebih efektif dan mencapai tujuannya.

  • Penyesuaian Metode dan Pesan: Pedagang yang sukses selalu fleksibel dalam menyesuaikan produknya dengan permintaan pasar. Dalam dakwah, kita juga harus fleksibel dan adaptif, mengubah metode dakwah dan bahasa penyampaian sesuai dengan kondisi dan karakter audiens.

Kesimpulannya Dakwah, layaknya perdagangan, adalah tentang memahami audiens, menawarkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dan terus mengembangkan kemampuan diri agar pesan yang disampaikan tetap relevan. Dalam kaitannya dengan long life learning, seorang pendakwah harus terus belajar agar dakwahnya selalu dapat menjawab tantangan zaman. Sedangkan dalam konteks human capital, pendakwah dan organisasi Islam perlu berinvestasi dalam pengembangan SDM yang berkualitas agar mampu membawa perubahan positif dalam masyarakat.

Dengan analogi ini, kita dapat melihat dakwah bukan hanya sebagai kewajiban agama, tetapi juga sebagai upaya strategis yang membutuhkan manajemen SDM yang baik, adaptasi terhadap perkembangan, dan pembelajaran yang terus-menerus, sama seperti bagaimana seorang pedagang yang terus belajar dan berkembang agar berhasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun