Pernyataan "Dalam berdakwah ini kita sebenarnya berdagang" memiliki makna yang mendalam jika kita pahami dari sudut pandang strategi, komunikasi, dan manajemen SDM (Sumber Daya Manusia). Dakwah, pada dasarnya, adalah upaya untuk menyampaikan pesan kebaikan, nilai-nilai Islam, dan ajaran agama kepada masyarakat. Seperti halnya perdagangan, dakwah melibatkan pertukaran tetapi yang dipertukarkan bukanlah barang atau jasa, melainkan gagasan, nilai, dan pengetahuan. Berikut adalah pengembangannya:
1. Dakwah sebagai "Perdagangan Gagasan"
Dalam konteks dakwah, seorang dai atau pendakwah berperan seperti seorang pedagang yang menawarkan sesuatu kepada audiensnya. Pedagang menawarkan produk fisik, sementara pendakwah menawarkan pesan moral, nilai-nilai agama, dan ajakan untuk memperbaiki diri. Agar "produk" dakwah ini diterima oleh masyarakat, pendekatan yang tepat dan memahami kebutuhan target audiens sangatlah penting.
- Produk: Pesan yang disampaikan, misalnya nilai-nilai Islam tentang keadilan, kasih sayang, persaudaraan, dan akhlak mulia.
- Pasar: Masyarakat atau audiens yang menjadi target dakwah.
- Strategi Pemasaran: Cara dakwah disampaikan, baik melalui ceramah, media sosial, atau aktivitas keseharian. Ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan kondisi audiens, sama seperti pedagang yang perlu memahami keinginan konsumennya.
2. Mengaitkan Dakwah dengan Long Life Learning
Long Life Learning atau pembelajaran seumur hidup, penting dalam dakwah karena seorang dai harus terus mengembangkan dirinya untuk bisa "berdagang" dengan lebih baik. Di era modern, tantangan dakwah semakin kompleks. Oleh karena itu, pendakwah perlu terus belajar dan menambah pengetahuan, baik dalam hal agama maupun keterampilan komunikasi, teknologi, dan psikologi masyarakat.
Adaptasi: Seorang pedagang yang sukses selalu belajar dan mengikuti tren pasar. Begitu juga seorang pendakwah, ia harus mampu memahami perubahan sosial, budaya, dan teknologi untuk tetap relevan dalam menyampaikan pesannya. Misalnya, belajar menggunakan media sosial untuk dakwah adalah salah satu bentuk long life learning yang penting di era digital.
Penguasaan Media dan Teknologi: Dakwah di zaman sekarang tidak bisa hanya dilakukan dengan metode konvensional. Pendakwah harus terus belajar teknologi baru agar pesan-pesan yang disampaikan tetap efektif dan sesuai dengan cara masyarakat saat ini menerima informasi.
3. Mengaitkan Dakwah dengan Human Capital
Human Capital atau modal manusia dalam konteks dakwah adalah bagaimana organisasi Islam dan komunitas dakwah membangun kapasitas SDM-nya untuk menjadi dai yang efektif dan berwawasan luas. Seperti dalam perdagangan, modal yang baik (dalam hal ini SDM) akan membuat "produk" yang dijual (pesan dakwah) menjadi lebih berkualitas dan diterima oleh masyarakat.
Pengembangan Keterampilan: Dalam berdakwah, keterampilan seperti public speaking, memahami psikologi audiens, kemampuan literasi digital, dan manajemen waktu sangat dibutuhkan. Dengan pengembangan SDM yang berkelanjutan, seorang pendakwah dapat meningkatkan "nilai" dirinya, sehingga pesan dakwahnya lebih efektif.
Membangun Kepercayaan: Pedagang yang sukses adalah yang dapat membangun kepercayaan dengan pelanggannya. Demikian pula, dai yang efektif adalah mereka yang memiliki integritas, akhlak mulia, dan konsistensi dalam menyampaikan pesan. Ini memerlukan investasi dalam pengembangan karakter dan pembelajaran sepanjang hayat (long life learning) untuk memastikan pesan dakwah selalu disampaikan dengan baik dan penuh keikhlasan.