Mohon tunggu...
Mohamad Rifqi Naufal
Mohamad Rifqi Naufal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Tua Muhammadiyah Malang

Mencari angin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosialisasi Pengolahan Sampah Desa Amadanom oleh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

25 Desember 2023   09:56 Diperbarui: 16 Januari 2024   10:29 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 12 Desember 2023, tim pengabdian masyarakat oleh mahasiswa skema mitra dosen atau PMM -- MD melakukan kegiatan sosial berupa penyuluhan terkait dengan pengelolaan sampah di Desa Amadanom, Kabupaten Malang. Kegiatan tersebut merupakan hasil pengaplikasian dari hilirisasi penelitian yang dilakukan oleh civitas akademika Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang dikordinatori oleh Mohamad Rifqi Naufal dan dibantu oleh Nadim Firas selaku bendahara proyek, Ati Hernawati Dhani sebagai Humas, Wayan Rama Kusuma Dewa sebagai tim PDD, dan Dyah Kartika Tunjungsari sebagai Sekretaris dibawah bimbingan Dosen Hafidz Ageng Prakoso., S.IP., M.A . Hasil penelitian tersebut menemukan bahwasanya terdapat beberapa masalah terkait dengan kebersihan lingkungan yang terpusat pada kurangnya pemahaman dan dukungan pihak terkait tentang waste management.

            Sebagai latar belakang, desa yang memiliki jumlah penduduk hampir menyentuh angka puluhan ribu ini tentu saja memproduksi berbagai macam jenis sampah mulai dari sampah rumah tangga, industri rumahan, hingga sampah perkebunan dan petenakan. Sampah yang muncul hasil dari aktivitas produktif manusia memanglah sebuah fenomena sebab akibat yang sudah semestinya akan terjadi, karna tidak ada aktivitas manusia yang tidak akan menimbulkan sampah, akan tetapi juga sudah semestinya menjadi tugas kita bersama untuk memikirkan dan melakukan aksi kongkrit perihal mengurangi dan mengelola sampah tersebut. Namun ternyata, hal tersebut menjadi topik permasalahan tersendiri bagi warga Desa Amadanom yang mengalami kesulitan perihal pengolahan sampah sedangkan produksi sampah kian meningkat dari waktu ke waktu. Sehingga, warga setempat memiliki kebiasaan buruk dalam mengatasi permasalahan tersebut seperti halnya membakar sampah, membuang sampah pada sungai hingga bekas sungai. Kebiasaan buruk yang telah membudaya ditengah warga desa ini dapat menjadi 'bom waktu' bagi desa itu sendiri, karena budaya penglelolaan sampah yang buruk tersebut hanya memberikan 'ketenagan yang semu'. Seperti halnya membakar sampah, secara kasat mata memang sampah tersebut dapat hilang dari pandangan bahkan aroma tidak sedapnya berganti dengan asap yang tidak kalah meberikan efek 'annoying' bagi siapapun yang menghirupnya. Namun pada dasarnya, sampah tersebut tidaklah sepenuhnya menghilang melainkan berganti menjadi mikro partikel yang berbahaya tidak hanya bagi kesehatan manusia namun juga kesehatan atau kesuburan tanah. Begitu juga dengan menimbun sampah dan membuang sampah pada sungai yang juga dapat memiliki dampak yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkunga. Sehingga kebiasaan yang membudaya tersebut bukanlah sebuah solusi melainkan menjadi peristiwa 'gali lubang tutup lubang' atau dengan kata lain menyelesaikan masalah dengan meunculkan masalah baru. Sayangnya kondisi tersebut juga diperparah dengan minimnya kerjasama antara stakeholder yang sangat berpengaruh dalam mengatasi persoalan ini. Kerjasama yang dimaksud ialah berupa dukungan dalam bentuk pemberian fasilitas atau membuat rancangan pendanaan yang terfokus untuk mengatasi masalah llingkungan. Karna selama ini dukungan yang diberikan hanyalah berupa pemberian informasi dan himbauan yang mana jika tidak dibarengi dengan dukungan yang lain maka menjadi kegiatan yang sia sia.

            Oleh karena latar belakang tersebut, mahasiswa UMM yang tergerak dalam program PMM -- MD tersebut berupaya hadir ditengah -- tengah masyarakat Desa Amadanom dalam membantu mencarikan solusi yang solutif dalam bentuk aksi nyata dan juga minim pendanaan sehingga dapat dilakukan mandiri secara serentak oleh masyarakat. Aksi tersebut dilakukan secara bertahap mulai dari sosialisasi, praktek, hingga pengaplikasian secara nyata oleh masyarakat. Solusi yang ditawarkan pun juga beragam dan juga minim biaya, seperti pengolahan sampah berdasarkan jenis, pengolahan sampah menjadi pupuk, penguraian sampah oleh hewan pengurai yang nantinya menjadi pakan ternak, hingga pengolahan sampah menjadi bahan bakar berbasis biogas. Sehingga pada intinya, usaha yang dilakukan dalam program PMM -- MD tersebut berupaya memanfaatkan permasalahan yang ada menjadi hal yang bernilai guna atau yang biasa disebut dengan ekonomi sirkular. Program ekonomi sirkular melalui pengelolaan sampah yang dilakukan oleh mahasiswa UMM ini juga berupaya menghadirkan pihak lain dari Trash Hero yang merupakan kelompok Nongovermental Organization (NGO) yang tergerak dalam bidang lingkungan. Dengan menghadirkan pihak lain dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang sedang diderita oleh warga desa juga menitipkan sebuah harapan yang kedepannya dapat terus menjalin kerjasama dalam mengatasi permasalhan lingkunga. Karena pada dasarnya, permasalahan lingkungan merupakan permasalahan kompleks yang melibatkan banyak pihak dan juga kepentingan bahkan telah menjadi permasalahan global. Sehingga untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut tidak dapat dilakukan secara individual atau bahkan kelompok saja namun juga harus menciptakan integrasi dan kolaborasi dari berbagai macam pihak, walau pengaplikasiannya dapat dimulai dari individual.

            Pada acara tahap pertama sosialisasi pengelolaan sampah tersebut, mahasiswa UMM yang tergabung dalam program PMM -- MD mengangkat tema sosialisasi pengelolaan sampah menuju Desa Amadanom yang bersih dan sehat. Pada acara tersebut diberikan sosialisasi dalam bentuk materi yang teoritis serta menjelaskan bagaimana blueprint dan prospek jangka panjang yang dapat terjadi jika program ini terlaksana dengan baik. Tentu saja program tersebut memiliki makna tersurat yakni harapannya dengan adanya program ini dapat menjadi 'obat' bagi desa tersebut atau bahkan dapat menjadi langkah awal dalam menjadikan desa percontohan bagi desa -- desa yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun