Mohon tunggu...
Mohamad Gozali
Mohamad Gozali Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah

Di dalam sejuta wajah, terpikat keunikan luar biasa. https://bangsaremukan.blogspot.com https://antiquecarcorner.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Didik Zaman Sekarang, Anak Mamah Banget?

3 September 2024   09:53 Diperbarui: 3 September 2024   10:05 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar AI collection gazella

Saat ini, banyak guru dan tenaga pendidik yang mulai merasa frustasi dengan sikap orang tua yang terkesan "terlalu melindungi" anak-anak mereka. Fenomena ini seringkali disebut dengan istilah "anak mamah banget". Tapi, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan istilah ini? Dan, bagaimana pengaruhnya terhadap sistem pendidikan di sekolah?

Ketergantungan Anak pada Orang Tua

Dulu, sekolah adalah tempat di mana anak-anak belajar bukan hanya pengetahuan akademis, tapi juga sikap dan karakter. Sekolah mengajarkan anak untuk bisa mandiri, bertanggung jawab, dan menghormati orang lain. Tapi, sekarang, banyak yang merasa hal itu semakin sulit dilakukan. Kenapa? Karena sebagian orang tua sekarang cenderung terlalu melindungi dan memanjakan anak-anak mereka.

Anak jatuh sedikit, lapor ke guru. Anak dimarahi sedikit karena melakukan kesalahan, guru dianggap "terlalu keras". Ada satu kejadian saja, langsung viral dan dibawa ke Komnas Anak. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana pendidikan akan berjalan dengan wajar?

Guru dalam Tekanan

Coba bayangkan posisi guru. Tugas mereka adalah mendidik dan membimbing. Tapi, di sisi lain, mereka dihadapkan pada tekanan besar dari orang tua yang mudah tersinggung. Ketika seorang guru sedikit keras dalam mendisiplinkan siswa---tentunya dengan niat baik---bisa-bisa dilaporkan ke pihak berwenang. Akibatnya, guru jadi ragu untuk bersikap tegas, yang berpotensi membuat anak-anak semakin kurang disiplin.

Banyak guru yang sekarang harus berpikir dua kali untuk memberikan tindakan disipliner. Mereka takut kalau nanti ada orang tua yang tidak terima, dan akhirnya berurusan dengan hukum. Ini kan jadi dilema, ya? Kalau guru takut mendisiplinkan, gimana pendidikan karakter bisa terbentuk dengan baik?

Anak Menjadi Merasa Punya "Dekingan"

Masalah ini tidak hanya membuat guru sulit menjalankan tugasnya, tapi juga berdampak buruk pada perkembangan anak itu sendiri. Anak-anak yang tahu kalau orang tuanya selalu "membela" mereka, cenderung merasa punya "dekingan". Mereka mungkin berpikir, "Ah, tenang aja. Kalau ada apa-apa, kan bisa ngadu ke orang tua."

Sikap seperti ini bisa membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang kurang bertanggung jawab dan cenderung seenaknya. Mereka jadi tidak belajar tentang konsekuensi dari tindakan mereka. Mereka merasa bahwa setiap kesalahan atau masalah yang mereka hadapi bisa dengan mudah diselesaikan oleh orang tua. Padahal, di dunia nyata, tidak selalu begitu, bukan?

Solusi: Kolaborasi dan Komunikasi

Sebagai orang tua, memang sudah menjadi naluri untuk melindungi anak. Tapi, ada baiknya juga untuk memberikan ruang kepada anak untuk belajar dari pengalaman mereka. Orang tua sebaiknya bisa lebih bijaksana dalam menilai situasi dan tidak langsung "mengambil alih" setiap masalah yang dihadapi anak di sekolah.

Kolaborasi antara guru dan orang tua sangat penting untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan pendidikan yang seimbang. Guru juga manusia; mereka punya keterbatasan dan kadang juga membuat kesalahan. Tapi, jika ada komunikasi yang baik antara guru dan orang tua, kesalahpahaman bisa diminimalisir, dan fokus utama bisa kembali pada pendidikan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun