Dalam dunia ilmu, tinta berbicara,
Di antara kata-kata, pertanyaan mengalir,
Patutkah sang pengajar, diujung sabda,
Meminta imbalan, menyusuri ilmu yang terpahat?
Dalam kelas yang sunyi, pena terangkat,
Kisah pengetahuan, seperti pelangi terhampar,
Namun, di balik layar itu, ada pertanyaan,
Patutkah sang guru, meratapi bayangan?
Sang Guru bertutur, dengan langgam kritis,
Menggurat kata, di lembayung kesadaran,
Patutkah guru, sejajar derajat Dewa,
Menuntut upeti, dari ilmu yang tersembunyi?
Dalam soal imbalan, tersembunyi nilai,
Sejauh mana harganya, ketika pintu hati terbuka?
Apakah nilai sebuah ilmu, hanya dihitung lembaran,
Atau nilai sejati, meresap dalam benak insan?
Pertanyaan melambai, dalam angkasa makna,
Patutkah sang pengajar, berjuang tanpa tanda?
Namun, dalam balutan pertanyaan itu,
Terselip kebenaran, ilmu bernilai tinggi.
Imbalan bukanlah mata uang sejati,
Namun, sejauh mata memandang ilmu yang tersaji,
Dalam nurani yang jernih, keikhlasan bersinar,
Patutkah sang guru, merasakan kebahagiaan tanpa imbalan?
Sejatinya, ilmu bukan sekadar transaksi,
Bukan perhitungan yang kaku dalam hitungan,
Namun, tuntunan hidup, nyala api kebijaksanaan,
Patutkah sang guru, menikmati senyum kebijaksanaan?
Jadilah guru, bukan sekadar penerima upeti,
Tapi pembawa cahaya, penuntun kebenaran,
Patutkah meminta imbalan? Tetapi,
Lebih patut lagi, menanamkan kebijaksanaan.
Dalam gelapnya dunia, jadilah bintang,
Terangi hati yang haus akan ilmu,
Patutkah sang guru, meminta bayaran?
Atau, patutkah beliau, menjadi sumber inspirasi yang abadi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H