Ketika orangtua bercerai, tidak hanya mereka yang harus menghadapi perubahan besar, tetapi juga anak-anak mereka. Salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh anak-anak dalam situasi seperti ini adalah mengembangkan sikap keras kepala yang dapat menghambat proses pendidikan mereka. Dalam artikel ini, kita akan menjelaskan mengapa sikap keras kepala dapat muncul pada anak yang orangtuanya bercerai dan bagaimana kita dapat membantu mereka mengatasi hambatan ini.
Mengapa Sikap Keras Kepala Muncul?
1. Perasaan Tidak Aman: Mengatasi Ketidakpastian
Saat orangtua mereka bercerai, anak-anak sering kali merasakan perasaan tidak aman yang mendalam. Kehidupan yang mereka kenal sebagai stabil tiba-tiba berubah. Mereka mungkin khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah mereka akan tetap tinggal di rumah yang sama, atau bagaimana hubungan dengan orangtua mereka akan berubah. Ketidakpastian ini menciptakan perasaan tidak aman yang kuat.
Untuk mengatasi perasaan ini, beberapa anak mengembangkan sikap keras kepala sebagai bentuk pertahanan diri. Mereka mungkin merasa bahwa dengan menjadi lebih keras kepala, mereka memiliki kendali atas sesuatu dalam hidup mereka. Sikap keras kepala bisa menjadi semacam "pakaian pelindung" yang mereka kenakan, sebagai cara untuk menghadapi perasaan tidak aman mereka.
2. Perasaan Tertekan: Mengekspresikan Frustrasi
Selain perasaan tidak aman, konflik antara orangtua yang bercerai dan perubahan dalam rutinitas keluarga juga dapat membuat anak merasa tertekan. Mereka mungkin terjebak dalam konflik orangtua, seringkali tanpa cara yang memadai untuk mengekspresikan perasaan mereka.
Sikap keras kepala mungkin menjadi cara bagi anak untuk mengekspresikan frustrasi mereka. Ini adalah cara mereka mengeluarkan perasaan yang terpendam. Mereka mungkin merasa terdorong untuk bertindak seperti "saya bisa melakukan apa yang saya mau" sebagai bentuk reaksi terhadap situasi yang mereka anggap tidak adil.
Terkadang, ini juga merupakan cara anak untuk mencoba memengaruhi situasi di sekitar mereka, meskipun pada kenyataannya, mereka sering kali hanya menciptakan lebih banyak konflik. Mereka perlu belajar cara yang lebih konstruktif untuk mengekspresikan perasaan mereka, dan orangtua serta pendidik berperan penting dalam membantu mereka mengembangkan keterampilan emosi yang sehat.
Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang perasaan tidak aman dan tekanan yang dialami anak-anak dalam situasi perceraian, kita dapat merencanakan pendekatan yang lebih empati dan efektif untuk membantu mereka melewati masa-masa sulit ini dan menjaga pendidikan mereka tetap berjalan baik.
Dampak pada Proses Pendidikan