Dalam setiap ujian  sekolah, saya mempunyai pendapat yang kuat tentang penggunaan soal pilihan ganda. Saya cenderung mengabaikan pertanyaan-pertanyaan semacam ini karena saya yakin pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mendorong pemikiran kritis pada siswa. Soal pilihan ganda seringkali membuat siswa merasa bisa menjawab sembarangan dan terkadang  mudah mencari jawaban dari tetangganya.
Soal pilihan ganda dapat diibaratkan seperti menghitung tombol atau menebak jawaban yang benar. Namun berbeda halnya jika dijelaskan. Jenis pertanyaan seperti ini memerlukan pemikiran yang lebih dalam, menuntut siswa untuk benar-benar memahami isinya dan mengungkapkannya dengan kata-kata mereka sendiri.
Siswa yang hanya mengandalkan trik dan keberuntungan akan kesulitan menjawab soal esai. Ini adalah kesempatan bagi siswa yang telah mempersiapkan diri dengan baik untuk lulus tes jenis ini.
Namun, kita tidak boleh mengabaikan manfaat dari pertanyaan pilihan ganda. Mereka memungkinkan guru menilai nilai ujian siswa dengan cepat, yang merupakan keuntungan signifikan mengingat kesibukan guru di bidang pendidikan. Namun, nilai pertanyaan esai jauh lebih besar jika mempertimbangkan dampaknya terhadap keterampilan berpikir  dan  menulis siswa.
Tidak kalah pentingnya adalah memotivasi siswa untuk membaca dan belajar demi masa depan yang lebih baik. Kadang-kadang saya berpikir bahwa suatu mata pelajaran, terutama mata pelajaran IPS yang ada di buku teks, bisa dengan mudah diselesaikan dalam waktu sebulan. Setiap siswa harus mampu menyelesaikan satu buku pelajaran dalam sebulan, meskipun dilakukan secara informal dan berulang-ulang. Sayangnya, ada siswa yang bahkan tidak pernah menyelesaikan buku pelajarannya dalam satu tahun ajaran. Itu semua tergantung motivasi siswa dan bagaimana lingkungan serta orang tua mendorongnya untuk terus belajar.
Indonesia memiliki tingkat  membaca yang rendah, bahkan  dibandingkan negara tetangga di Asia. Oleh karena itu, memasukkan soal esai dalam setiap ujian  sekolah merupakan langkah positif untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa. Guru harus bekerja keras untuk meningkatkan budaya membaca dan orang tua juga harus membantu anak-anaknya membaca.
Menghadapi tantangan ini, kita harus menyadari bahwa ada keuntungan dan kerugian menggunakan pertanyaan pilihan ganda dan deskripsi. Namun yang terpenting adalah memastikan  pendidikan di Indonesia dapat melahirkan generasi pemikir kritis, mampu menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan, dan mempunyai motivasi tinggi untuk terus belajar. Semua pihak baik guru, orang tua, maupun siswa itu sendiri harus bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H