Mohon tunggu...
Mohamad Gozali
Mohamad Gozali Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah

Di dalam sejuta wajah, terpikat keunikan luar biasa. https://bangsaremukan.blogspot.com https://antiquecarcorner.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cahaya Kecil Ibu Siti: Sebuah Tantangan bagi Pengambil Kebijakan dalam Menyinari Anak Terlantar

9 Agustus 2023   21:10 Diperbarui: 9 Agustus 2023   21:44 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Dalam pemandangan yang jauh dari sorotan, tersembunyi cerita yang sungguh menginspirasi. Di kawasan pedesaan yang tenang, di kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, ada aksi kecil yang memancarkan cahaya besar. Di antara anak-anak terlantar yang rindu akan harapan, terdapat sosok yang memutuskan untuk menularkan semangat membaca dengan penuh dedikasi.

Bertemu dengan Ibu Siti, seorang perempuan dengan senyum hangat dan mata penuh semangat, adalah pengalaman yang mengesankan. Di balik setiap kerut kehidupannya, Ibu Siti telah memilih untuk menembus batas-batas keterbatasan dan memberikan harapan bagi anak-anak di sekitarnya. Terletak di sebuah pondok kecil yang sederhana, Ibu Siti membuka ruang belajar bagi anak-anak terlantar yang selama ini terlupakan oleh banyak orang.

"Saya ingin memberi mereka alat untuk meraih mimpi," ujar Ibu Siti dengan tulus. Dengan buku-buku bekas yang berhasil ia kumpulkan dan dorongan dari hati yang tulus, ia memulai perjalanannya mengajar membaca bagi anak-anak tersebut. Setiap harinya, di bawah atap pondok yang sederhana, Ibu Siti mengisi ruang itu dengan keceriaan dan belajar yang penuh semangat.

Pemandangan itu benar-benar tak terlupakan. Anak-anak yang dulunya merasa terpinggirkan, kini berdiri tegak dengan buku di tangan. Dengan mata berbinar, mereka mengeja huruf demi huruf, menggenggam potensi yang tersembunyi. Ibu Siti bukan sekadar seorang pengajar; ia adalah harapan yang menjadikan setiap anak yakin bahwa mereka bisa meraih lebih banyak dalam hidup ini.

Dibalik kisah ini, kita menemukan esensi sejati dari semangat kebangsaan. Ibu Siti tidak hanya memenuhi kewajibannya sebagai warga negara, tetapi juga menciptakan perubahan yang tulus dan berarti. Ia menunjukkan bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk memberi dampak, sekecil apapun posisinya.

Seiring berjalannya waktu, kabar tentang ruang belajar ini menyebar. Banyak sukarelawan dan pendukung datang dari berbagai penjuru untuk memberi tangan dalam aksi kebaikan ini. Buku-buku yang dulu hanya teronggok, kini menjadi harta yang berharga bagi anak-anak. Dan yang lebih penting lagi, semangat untuk belajar dan bermimpi terus berkembang.

Dalam wawancara kami, Ibu Siti berbicara tentang betapa pentingnya memberi penghargaan pada setiap langkah kecil yang kita ambil. Menurutnya, tak perlu menunggu menjadi orang besar untuk membuat perbedaan. "Kita tak perlu menunggu panggung besar untuk beraksi. Berbuatlah di tempat kita berada, dengan apa yang kita miliki," ucapnya dengan tegas.

Kisah ini mengajarkan kita tentang kepedulian yang mendalam dan aksi kecil yang berarti. Di dunia yang sering kali terdistraksi oleh kepentingan pribadi dan gemerlap popularitas, kisah Ibu Siti adalah pengingat bahwa inti kehidupan adalah tentang memberi dan menciptakan perubahan.

Kita semua memiliki potensi untuk menembus batas yang menghambat, baik dalam skala besar maupun kecil. Di balik setiap tindakan baik, terdapat potensi untuk menginspirasi dan merubah arah kehidupan seseorang. Kita tak perlu menjadi selebriti atau tokoh ternama untuk menginspirasi; setiap tindakan tulus adalah kunci untuk membuka pintu masa depan yang lebih baik.

Melalui kisah Ibu Siti, kita diajak untuk berpikir tentang bagaimana kita bisa berkontribusi pada masyarakat di sekitar kita. Tidak ada usia atau posisi yang menghalangi kita untuk melakukan perubahan positif. Seperti Ibu Siti, mari menyulut semangat Indonesia melalui aksi kecil nan berarti, karena justru dari sinilah cahaya perubahan bermula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun