Mohon tunggu...
Mohamad Gozali
Mohamad Gozali Mohon Tunggu... Guru - Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah

Di dalam sejuta wajah, terpikat keunikan luar biasa. https://bangsaremukan.blogspot.com https://antiquecarcorner.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka dalam Belajar: Terbelenggu atau Terbebas?

8 Mei 2023   08:20 Diperbarui: 8 Mei 2023   08:32 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Merdeka dalam Belajar: Terbelenggu Atau Terbebas?"

Kemerdekaan dalam belajar merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk ditekankan dalam dunia pendidikan. Dalam konteks Indonesia, kemerdekaan dalam belajar menjadi penting karena masih terdapat banyak permasalahan yang menghambat siswa untuk belajar dengan baik. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi kemerdekaan dalam belajar adalah kurikulum yang menjadi otoritas sekolah. Namun, sudahkah kita merdeka dalam belajar? Apakah masih terbelenggu dengan aturan yang mengikat? Dan apakah salah jika kurikulum menjadi otoritas sekolah?

Kemerdekaan dalam belajar merupakan suatu hal yang penting karena akan mempengaruhi kualitas pendidikan yang diterima siswa. Dengan kemerdekaan dalam belajar, siswa akan memiliki kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang mereka minati, menentukan cara belajar yang paling efektif bagi mereka, dan mengeksplorasi potensi dan bakat mereka. Namun, kemerdekaan dalam belajar tidak selalu mudah untuk dicapai karena masih banyak faktor yang mempengaruhi, seperti aturan dan kurikulum yang ada di sekolah.

Di Indonesia, kurikulum yang ada di sekolah masih menjadi otoritas sekolah dan terikat oleh aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Kurikulum nasional telah dirancang dengan tujuan untuk memberikan standar pendidikan yang sama di seluruh Indonesia dan menjamin bahwa siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang sama. Namun, kurikulum ini sering kali menjadi kendala dalam mencapai kemerdekaan dalam belajar.

Kurikulum yang terlalu rigid dapat menghambat siswa untuk mengeksplorasi potensi mereka. Misalnya, dalam kurikulum nasional, beberapa mata pelajaran seperti seni dan musik sering dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang penting dibandingkan dengan mata pelajaran yang lebih akademis seperti matematika dan sains. Hal ini membuat siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi bakat mereka di bidang seni dan musik.

Selain itu, kurikulum yang terlalu banyak teori dan kurang ada praktikum atau pengalaman langsung juga dapat menghambat kemerdekaan dalam belajar. Siswa akan lebih mudah memahami dan mengingat pelajaran jika mereka memiliki pengalaman langsung atau praktikum. Namun, seringkali hal ini kurang ditekankan dalam kurikulum nasional yang ada.

Namun, bukan berarti kurikulum nasional tidak memiliki manfaat atau tujuan yang baik. Kurikulum nasional dapat membantu memastikan bahwa siswa di seluruh Indonesia memiliki standar pendidikan yang sama dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang sama. Selain itu, kurikulum nasional dapat membantu sekolah dalam menyusun rencana pembelajaran dan mengevaluasi pencapaian siswa.

Namun, penting bagi sekolah dan guru untuk memastikan bahwa kurikulum yang digunakan dapat membantu siswa dalam mencapai kemerdekaan dalam belajar. Guru harus dapat memahami kebutuhan dan minat siswa, serta menyesuaikan kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan siswa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun