"Kami Alumni Pembekalan dan Pemantapan Pemimpin Tingkat Nasional, Anggota DPR RI periode 2014-2019 Angkatan III Lemhannas RI, berkomitmen dengan jiwa dan takwa bekerja baik, jujur dan benar, sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mencapai tujuan nasional Bangsa Indonesia."
Itulah komitmen yang dibacakan Esti Wijayanti anggota DPR RI periode 2014-2019. Suaranya lantang dan langsung disahuti ulang oleh 145 rekannya peserta Pembekalan Pimpinan Tingkat Nasional yang berlangsung 25 Agustus sampai 12 September lalu. Auditorium Lemhannas (Lembaga Ketahanan Nasional) itu bergemuruh ketika komitmen itu diserukan oleh para wakil rakyat yang akan segera mengemban tugas penting kenegaraan lima tahun mendatang.
"Kalau Pak Gubernur Lemhannas mengakui tadi merinding maka kalau saya merinding dan bergetar mendengarkan komitmen yang disampaikan oleh anggota dewan terpilih," kata Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso yang hadir di situ untuk menutup secara resmi pembekalan gelombang ketiga itu. Bersama Gebernur Lemhannas Budi Susilo Soepandji ia kemudian menyalami Esti Wijayanti dan seluruh peserta lainnya.
Pembekalan anggota dewan di Lemhannas merupakan langkah baru yang muncul pada saat Rapat Dengar Pendapat Komisi I dengan Gubernur Lemhannas. Ide ini berawal menurut Priyo setelah mengkaji sejumlah permasalahan yang muncul pasca reformasi ketika demokratisasi diterapkan disegala bidang. Kondisi ini dinilai mengkhawatirkan karena nilai-nilai hakiki bangsa, visi asli yang telah diwarikan nenek moyang bisa tercerabut dan terlupakan. Itulah sebabnya muncul pemikian anggota DPR terpilih diberikan bekal tentang wawasan nusantara, nasionalisme dan patriotisme sebelum melanksanakan tugasnya sebagai pejabat negara.
Kegiatan dirancang dengan metode dialog, diskusi, memberikan kesempatan kepada seluruh peserta untuk penyampaikan pandangannya terhadap permasalahan yang ada. Wakil rakyat dari 77 daerah pemilihan di seluruh Indonesia ini juga saling berbagi pandangan dengan para pemateri tentang banyak isu termasuk persoalan ancaman, tantangan dan peluang yang dihadapi bangsa. "Saya titipkan kegusaran saya, Bangsa Indonesia sedang ditimpa persoalan yang besar, gesekan masyarakat yang demikian besar, masyarakat gampang marah, imbas pertarungan politik dimana-mana. Ini ongkos sosialnya mahal. Solusinya bisa dicapai kalau pimpinan nasional dan lokal berkomitmen menyuburkan nilai luhur yang bangsa, tenggang rasa, tepo seliro," tandas Priyo.
Sementara itu Wakil Ketua DPR RI Sohibul Iman mengatakan banyak perbedaan dalam dinamika politik anggota legislatif di Senayan. Keberhasilan melaksanakan tugas kedewanan bukan karena yang satu mendominasi yang lain tetapi karena mampu membangun kerja sama di tengah perbedaan itu. Ia mengharapkan melalui pembekalan di Lemhannas benih kerja sama, saling memahami ini dapat disemai.
"Bisa saja partai kita berbeda pendapat, beda platform, tapi itu tidak menghentikan kita untuk berkomunikasi dalam mencari upaya membangun bangsa, disitulah keberhasilannya. Mudah-mudahan pembekalan ini memberi ruang untuk itu," katanya.
Ia percaya banyak orang mempunyai keyakinan setiap partai punya niat baik pada bangsa, tanpa itu menurutnya hidup akan penuh kecurigaan dan kondisi itu tidak baik bagi energi bangsa untuk maju kedepan. Dalam pembekalan yang berlangsung selama tiga minggu diharapkan anggota dewan terpilih dapat membangun perspektif yang sama dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan bangsa ke depan. Politisi FPKS ini mengajak anggota DPR bersama masyarakat menjaga modal sosial bangsa yang sudah ada saat ini yaitu rasa memiliki Indonesia, menjaga upaya pemerataan - Indonesia bukan milik sekelompok orang atau organisasi tertentu. "Rasa kebersamaan, yang mendorong kita mampu membangun kerja sama dengan seluruh potensi bangsa yang berbeda ras, suku apalagi sekedar berbeda parpol," tandasnya.
Gubernur Lemhanas Budi Susilo Soepandji menyebut kegiatan pembekalan berlangsung dalam empat gelombang. Pada gelombang pertama diikuti oleh 89 orang anggota DPR yang terpilih kembali sedangkan tiga gelombang lainnya diikuti oleh anggota yang baru terpilih pada pemilu lalu. Sejumlah penceramah terkemuka akan tampil dalam sesi dialog diantaranya Prof. Dr. Didin S. Damanhuri, Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, Wamenhan Sjafrie Sjamsuddin dan Dr. Anhar Gonggong.
Materi lain yang juga disampaikan dalam pembekalan ini adalah tentang pemahaman tentang tugas dan fungsi anggota dewan di bidang pengawasan, legislasi dan anggaran. Bahasan tentang materi ini khususnya bagi anggota dewan yang baru saja terpilih dalam Pemilu Legislatif lalu. Para pembicara untuk sesi ini disiapkan oleh Sekretariat Jenderal DPR RI. "Dengan kegiatan harmonisasi ini diharapkan dapat dihasilkan pimpinan tingkat nasional yang mempunya karakter kebangsaan yang tinggi dan kompeten dibidangnya serta mampu mengimplementasikan paradigma nasional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," tutur Budi.
Pertama Ragu, Akhirnya Tahu
Keraguan. Itu yang pertama kali muncul di benak anggota DPR terpilih Siti Hediati Hariyadi atau yang biasa dikenal dengan Titik Soeharto saat pertama kali hadir dalam acara pembekalan. Perasaan itu menurutnya juga didengarnya dari beberapa peserta. Namun setelah mengikuti sejumlah sesi diskusi ia mulai memperoleh pencerahan. "Kita ragu apa bisa mengikuti dengan baik. Ternyata kita salah, kita bisa kok. Pembekalan ini banyak manfaatnya terutama wawasan kebangsaan, ketahanan nasional. Banyak input yang disampaikan kepada kami termasuk informasi yang sifatnya rahasia yang membantu pemahaman terhadap persoalan bangsa," tuturnya.
Namun yang paling berkesan menurut putri keempat mantan Presiden Soeharto ini adalah saat mengkuti kegiatan outbound di Lido, Jabar. Sejumlah tantangan untuk membangun kerja sama tim dilewatinya dengan perjuangan. Tantangan yang paling membuat dia terkesan adalah mendayung rakit ke tengah pulau di danau Lido, mendaki bukit sambil menuntun kambing dan tinggal selama tiga hari di tengah suasana alam bersama kolega barunya anggota dewan lintas partai yang sebagian baru saja dikenal. "Kita tidak saling mengenal datang dari partai dan daerah yang berbeda tapi pada akhirnya kami jadi paham sifat anggota dewan yang lain. Dengan kebersamaan ini kita bisa menjadi keluarga besar, kitorang basudara bagitu kata saudara kita di Indonesia Timur . Semoga persaudaaraan ini berlanjut sampai kita bekerja di DPR terlepas dari perintah partai kita masing-masing. Sebagai saudara kita harus saling mengingatkan agar tidak ada diantara kita yang menjadi pasien KPK," lanjut politisi Partai Golkar ini.
Sementara itu Kartika Yudhisti anggota DPR terpilih dari daerah pemilihan Banten II menyambut baik pelaksanaan pembekalan di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Iapun terlihat antusias ketika diminta menjadi perwakilan yang menerima secara simbolis tanda peserta. Politisi PPP ini melangkah tegap melintasi ruang upacara. Ia tergelak ketika dimintai komentar tentang langkah tegap wakil rakyat itu. "Langkah tegap itu biasa dari dulu juga bisa, mungkin pembekalan ini sekaligus pelatihan kedisiplinan lagi ya. Bagi saya pembekalan ini bagus sekali, kita mendapat penyegaran tentang wawasan kebangsaan yang pasti diperlukan dalam tugas nanti," pungkas dia.
Sekretaris Jenderal DPR RI Winantuningtyastiti mengatakan sejumlah masukan yang diterima menunjukkan anggota dewan menyambut positif pelaksanaan pembekalan ini. Kegiatan gabungan lintas partai ini dinilai lebih baik dari pada dilaksanakan sendiri oleh masing-masing partai politik. Menurutnya patut dipertimbangkan kerja sama DPR RI dan Lemhannas ini dilaksanakan berkesinambungan. "Saya juga menerima permintaan dari anggota yang karena kesibukan tahun politik belum bisa mengikuti pembekalan sampai gelombang terakhir. Kita bisa konsultasikan lagi dengan Lemhannas untuk membuka pelatihan tambahan," demikian Win. (ib)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H