Lisan Memaafkan, Hati Berontak
Oleh: Moh Afif Sholeh
Sudah menjadi karakter manusia bahwa ia akan suka terhadap orang yang berbuat baik kepadanya, sebaliknya ia akan membenci terhadap orang yang pernah menyakitinya, tidak memandang saudara atau bukan, Momentum lebaran biasa digunakan untuk saling memaafkan satu dengan yang lain, Juminten seorang penjual jamu, sudah 5 tahun tidak saling sapa dengan tetangga yang berada di depan rumahnya, permasalaha keduanya berawal dari masalah sepele, yaitu anaknya Juminten merebut mainan anak tetangganya, sehingga menangis dengan kencangnya. Kemudian orang tua anak itu ke rumah juminten untuk meminta mainannya.
"Jum...jum...keluar kamu!mana anakmu yang bikin nangis anak saya?"tetangganya sambil gebrak gebrak pintu.
Mendengar gebrakan pintu, juminten terbangun dari tidur siangnya, kepalanya pusing karena mendengar suara itu.
"Apa apaan kamu teriak teriak di depan rumah sambil gebrak pintu!" sahutnya sambil naik pitam.
"Ajari anakmu sopan santun, bisanya merebut mainan orang."sambil tunjuk tunjuk muka juminten.
"Eh kamu...kaca dirimu, anakmu juga sering merebut anak mainan anak saya, cuma saya tidak pernah mengadu."jawab dengan muka bengisnya
Keduanya berduel sambil menjambak rambut, mereka berhenti ketika pak RT melerai keduanya setelah melewati depan rumah mereka.
"Berhenti...berhenti, kalian berdua seperti anak kecil saja, sukanya bertengkar saja, kalau kalian tidak berhenti, saya akan panggil polisi."tegasnya.
Akhirnya mereka berhenti bertengkarnya, kemudian mereka disuruh ke rumah masing masing.