Mohon tunggu...
Moh afif Sholeh
Moh afif Sholeh Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harapan yang Terkubur

31 Mei 2017   15:48 Diperbarui: 31 Mei 2017   15:52 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dahulu kala, ada seorang saudagar kaya yang sering keluar daerah untuk menjajakan barang dagangan. Setiap sebulan sekali pulang ke kampung halaman untuk berkumpul dengan keluarganya. Keuntungan yang ia bawa selalu di simpan ditempat rahasia, hanya ia dan istrinya yang tahu tempan penyimpanannya. Semua urusan duniawi tercukupi semua, hanya saja ada satu hal yang menjadikanya selalu gelisah tiap waktu, yaitu keinginan untuk melaksanakan Haji ke Makkah.

Saudagar:” Kapan ya bu,kita bisa ke Makkah untuk menunaikan ibadah Haji?”ia bertanya kepada istrinya sambil bercanda.

Istri:” Secepatnya pak, kita berdoa saja agar dipermudah menuju kesana.”jawabnya dengan memandang suaminya.

Pernah suatu ketika, sang saudagar bepergian untuk beberapa bulan ke depan, persiapannya sudah matang semua, ia didampingi para asisten yang selalu menemani serta membantu dengan dedikasi yang tinggi, karena diperlakukan dengan baik oleh saudagar tadi. Ia dekat dengan mereka, sering becanda maupun tukar pengalaman, sehingga hubungannya sangat harmonis antara majikan dan bawahannya.

Saudagar:” apa persiapan sudah lengkap semua bro?” ia bertanya sambil menepuk pundak asistenya.

Asisten:” Sudah lengkap semua pak, tinggal beberapa surat jalan yang masih diurusin si mamat di Kepolisian.

Saudagar:” oh, siap berangkat kalau begitu, kalian makan dulu sana,  sembari menunggu si mamat” tuturnya sambil memberikan pengarahan ke asistennya.

Asisten:” Siap pak.” Jawab dengan nada nyaring.

Berangkatlah rombongan saudagar tadi menuju luar kota yang jaraknya bila ditempuh menghabiskan beberapa minggu di jalan. Ketika melewati kawasan hutan yang terjal, tak disangka para perampok menghadang di tengah jalan, serta menurukan semua rombongan dengan ancaman pistol. Semua barang berharga dirampas olehnya, ditambah lagi ketika salah satu rombongan saudagar ada yang berani melawan, langsung ditembak ditempat. Akhirnya rombongan saudagar kocar kacir berlarian ke tengah hutan secara terpisah. Sayangnya sang saudagar tertembak peluru yang mengenai perutnya, darah berceceran kemana mana, badannya mulai lemas, dan jalannya sudah tak tegak lagi.

Ia berwasiat kepada asistennya:” tolong sampaikan kepada istri saya: mohon maaf bu, bapak tidak bisa menemani ibadah haji, saya titip anak anak agar diberi pendidikan yang baik.” Dengan nada terbata bata.

Asisten:” siap pak, saya akan menyampaikan ke ibu.”tuturnya sambil bercucuran air mata kesedihan yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun