Mohon tunggu...
Moh afif Sholeh
Moh afif Sholeh Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terjualnya Sepeda Ontel Tua

22 Mei 2017   09:25 Diperbarui: 22 Mei 2017   10:16 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terjualnya Sepeda Ontel Tua

Oleh: Moh Afif Sholeh

Kualitas benda zaman dahulu sungguh luar biasa kualitasnya, terbukti hampir 70 tahun sepeda tua yang ada di garasi rumah Pak De masih mulus semuanya, karena beliau selalu merawatnya. Si Paimin selalu ingin mencari tahu tentang cara perawatan sepeda agar awet agar tidak cepat rapuh ditelan masa.

Paimin:"pak de suka banget sama sepeda tua ini, emang ada kenangannya ya?ia bertanya.

Pak De:" hai paimin, sepeda tua ini sebetulnya biasa saja, namun ada banyak kenangan dari sepeda ini, terutama sepeda ini selalu mengingatkan waktu menjelang kemerdekaan negara ini, tapi ada yang spesial lagi ketika pak de lagi berkenalan dengan al marhumah budemu dulu, tutur nya dengan nada serius.

Paimin:" saya sering melihat banyak orang yang datang kesini menanyakan sepeda pak de, kira kira mau dijual berapa?"ia bertanya.

Pak de:"banyak yang kesini untuk menawar sepeda ini, sampai ada yang menawar 1 Milyar, tapi pak de tidak mau menerima tawaran itu, alasanya sepeda ini ada kenangan di waktu susah maupun senang.

Beberapa kemudian Pak de masuk rumah sakit sampai beberapa minggu, sampai akhirnya menjual tanah, itu pun masih kurang, Akhirnya Paimin disuruh menjual sepeda tua ini, dengan berat hati ia melepas semua kenangannya untuk kesembuhan penyakitnya. Paimin sangat heran kenapa harga sepedanya cuma laku sejuta lima ratus saja, ia bertanya dalam hati. Kemudian ia menyampaikan ke pak denya tentang harga sepeda itu, ia berkata:" sudah tidak masalah paimin, kalau rezeki takkan kemana, yang penting cukup buat biaya pengobatan di rumah sakit." suruh sang pak de

Paimin:" iya pak de."

Paimin cuma berfikir bagaimana caranya pak de nya bisa sehat seperti semula, berbagai cara ia lakukan, karena ia menganggap pak denya seperti orang tuanya sendiri yang telah merawatnya dari kecil. Ia berusaha membalas budi jasa pak denya yang telah rela membiayai sekolah maupun kehidupanya.

Lorong Senyap, 22 Mei 2017, 09.17 Wib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun