Mohon tunggu...
Mohamad Aby Gael
Mohamad Aby Gael Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Antropologi, Universitas Airlangga

Menulis untuk meredam kegelisahan yang sering datang tanpa diundang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Pengaduan

23 November 2020   07:30 Diperbarui: 23 November 2020   07:36 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Peking-peking bertengger

Memercikkan simponi

Meninggikan sebelah alis mataku dan matamu

Dan kita dibikin bingung, ia tak lagi bermesraan di dahan

Ia, bergumul di atas papan-papan reklame usang


Sawah-sawah petani kering kerontang

Irigasi mampet, dibendung bau jorok nan busuk limbah-limbah pabrik menusuk

Hidungmu tak salah kawan

Ini bau penindasan!

Kemana petani harus mencari jernih sungai yang menguningkan padinya?

Sedang industrialisasi makin memepet lahannya


Kapal tongkang dan botol kemasan berlayar

Deru perjalanannya membius ikan-ikan

Matamu tak rabun kawan

Ini yang disebut keajaiban peradaban!

Kemana nelayan harus mengayun pancing dan kailnya?

Sedang biru lautnya berubah menghitam


Hutan-hutan adat dicukur plontos!

Dan tumbangnya kayu makin hari, makin boros

Bukan tanganmu yang salah kawan

Ini buah tangan mereka yang ngakunya berpendidikan!

Kemana komunitas adat menghayati nilai leluhur?

Sedang tanahnya gundul, dibabat mereka yang bicaranya ngelantur


Upah dan pesangon tak pasti

Membikin gelisah, mengancam kestabilan hati

Rupanya, rasamu setia berempati kawan

Ini jelas bentuk ketidakadilan!

Kemana buruh harus mengakrabi penghidupan yang layak?

Sedang rentenir sering singgah menjebak


Gaungkan dan camkan kawan!

Singkirkan jeruji-jeruji yang menghalangi pekat hitam bola matamu

Singkap lembaran-lembaran kusut nan lecek dalam lerung hatimu

Sebab peci dan jas mereka pun baunya sudah apek!

Disanggul, disetrika kesana-kemari di atas kaki-kaki transaksi semruwet!


Jika kau bertanya: Kemana kami harus mencari?

Dan mereka menjawab: Bukankah itu tugas generasi muda-mudi?

Kita membalas!

Generasi muda-mudi itu siapa?

Kita generasi pembasuh luka Ibu Pertiwi!

Yang dikandungnya tertatih-tatih, dan dibesarkan dengan penuh pengajaran arti!


Surabaya, 23 November 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun