Mohon tunggu...
Mohamad Aby Gael
Mohamad Aby Gael Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Antropologi, Universitas Airlangga

Menulis untuk meredam kegelisahan yang sering datang tanpa diundang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Orang Kota

22 November 2020   03:12 Diperbarui: 22 November 2020   04:18 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dalam gelap malam yang tak bertepi
Dan gonggongan anjing yang saut-menyaut
Kerasnya goncangan pikiran, berdansa lembut dengan suara hati
Aku merunduk, menafsirkan hidup


Wahai Tuna Wisma!
Lapangan hatiku, tak selapang hatimu
Tidurlah merangkul sunyi, dan dalam mimpi nirwanamu,
Tempeleng aku yang tak punya belas kasih


Wahai Tukang Becak!
Daya saingku keras! Namun.. tak sekeras betismu
Kayuh, kayuh terus kemewahanmu,
Injak aku yang bangga akan "apa-apa"

Wahai Sopir-sopir Mikrolet!
Teknologiku mengalir amat deras, tapi kecut dihadapan dedikasihmu tuk melestari
Dempul terus mikroletmu,
Sedang aku kewalahan mendempul otakku


Wahai Pemulung!
Pengaisan ilmuku, kalah jauh dibanding tekunmu mengais pundi-pundi emas
Pungutlah dengan sungguh,
Dan aku di sini masih sibuk memunguti kata-kata sajakku
Memang bodoh benar aku!


Disiplin kalian jelas!
Disiplinku plin-plan, kadang tak waras!
Kalian khatam tujuan!
Aku, aku dirantai dan diborgol kepentingan!


Ajari aku memuai dengan aspal jalanan
Yang di baliknya, 
Banyak gelora perjuangan, 
Mekarnya harapan,
Dan buahnya keikhlasan.


Surabaya, 22 November 2020. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun