Mohon tunggu...
Moh Rudi
Moh Rudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pedagang buku yang senang menulis dan jalan-jalan

Pedagang buku yang senang menulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku, Buku, Secangkir Kopi..

24 Januari 2021   11:01 Diperbarui: 24 Januari 2021   13:22 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku, buku, secangkir kopi..

Oleh M. Rudi

Saya lupa ditahun berapa, mungkin sekitar tahun 2003, suatu ketika saya membaca sebuah buku berjudul "Aku, Buku, dan sepotong sajak cinta..", ditulis oleh Muhidin M. Dahlan. Saya membaca buku itu di sebuah toko buku besar di daerah Depok, sebut saja toko buku 'Amnesia', toko buku terkenal dan memiliki gerai dimana-mana. 

Saya cukup sering datang ke toko buku itu, tapi hanya sekedar numpang membaca. Disana tak pernah sekali pun saya membeli buku, tapi lebih sering membeli peralatan menulis atau melukis. Judul buku ditulis Muhidin M. Dahlan itu saya baca bertahap sampai habis. Tiap kali ke toko buku 'Amnesia' saya selalu mencari sample buku itu dan melanjutkan membaca. 

Ini seingat saya dilakukan secara kontinyu sampai beberapa minggu hingga selesai. Buku Ini adalah salah satu buku yang saya baca sampai habis tanpa pernah membelinya. kau bisa bayangkan, betapa menyebalkannya saya bagi para penjaga toko buku itu. 

Saya kerap berdiri entah berapa lama dan hanya bergeser jika kebetulan ada pengunjung yang menghampiri rak buku bagian sastra. Masa ditahun 2003 itu sebenarnya saya sendiri sudah berjualan buku. Saya ngelapak buku bekas di emperan peron stasiun KRL. Saya berjualan buku memang karena senang membaca.

Mengapa saya tertarik dan rela berdiri berjam-jam membaca buku yang sama, bahkan terus melanjutkan membaca sampai berminggu-minggu? Kata kuncinya mungkin adalah judul buku itu, ditambah lagi alur cerita yang memang sangat menarik perhatian saya, "Ini kok gue banget!" meski kalimat 'Gue banget' itu tentu saja dengan kasus berbeda. 

Buku 'Aku, buku dan sepotong sajak cinta' adalah buku yang menuliskan pengalaman penulisnya bergelut dengan buku dan dunia penerbitan di Yogyakarta. Muhidin adalah orang yang pandai membuat sebuah judul menarik minat pembaca. Judul bukunya yang lain adalah 'Tuhan, izinkan aku jadi pelacur', sudah cetak ulang belasan kali sejak pertama kali terbit. Kelak bertahun-tahun setelahnya, saya memiliki pengalaman unik dengan buku itu. Muhidin M. Dahlan, penulisnya sendiri bertahun kemudian kerap berbelanja di toko buku daring saya. Ah ya, seingat saya judul buku 'Aku, buku, dan sepotong sajak cinta' kemudian juga di cetak oleh penerbitnya sebagai tas yang keren sekali.

Mengapa ingatan saya begitu lekat dengan buku 'Aku, buku dan sepotong sajak cinta' karya Muhidin M. Dahlan itu? Mungkin karena buku bagi saya bukan sekedar hobi, ia memberi saya begitu banyak hal, teman, sedikit uang untuk hidup, dan juga cinta. Persis dengan judul buku itu, meski sang penulis tentu saja memiliki interpretasi berbeda ketika membuatnya.

Entah bagaimana, dua puluh tahun saya terus bergelut dengan buku, saya nyaris tak pernah mengerjakan hal lain, kecuali sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia menulis. Sejak tahun 2000 saya bergerilya dengan buku dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu kota ke kota lainnya. Saya berkenalan dengan banyak orang di dunia buku yang pandai-pandai itu. Mulai dari Sastrawan, Sejarawan, seniman, pedagang, juga mereka yang bergelut di dunia penerbitan.

Di Yogyakarta saya banyak berteman dengan kawan yang berkutat dengan penerbitan indie. 

Entah mengapa, saya selalu merasa betah jika berada di Yogyakarta, saya seolah merasa ditengah habitat saya sendiri. Segala yang saya sukai ada disana, buku, sastra, budaya dan banyak hal lainnya. 

Kawan-kawan buku di Yogya selalu guyub dan kreatif melahirkan ide. Mereka kerap berkumpul satu sama lain di warung-warung kopi, mulai penulis, editor, penerjemah, penerbit, seniman, bahkan sampai pedagang. Di warung kopi mereka membahas banyak hal, rencana penerbitan, pameran atau diskusi. Mungkin tak selalu guyub juga, perselisihan pasti selalu ada, konflik selalu dibutuhkan untuk merefresh layar monitor manusia.

Salah satu yang mungkin cukup fenomenal adalah munculnya acara pameran tahunan bertajuk 'Mocosik', pameran ini bukan pameran biasa. Pameran ini berusaha menyatukan penggemar musik dan buku. Tiket masuknya berupa buku dan pengunjung bisa menonton pertunjukan musik para penyanyi dan group band ternama. Acara Mocosik pertama mengundang Glen Fredly, Tompi, Raisa, NDX, Shaggy Dog, Agoni, dll. Acara berhubungan dengan buku hadir Najwa Shihab, Nirwan Arsuka, dan sederet penulis dan manusia kreatif lainnya. Mocosik sudah berlangsung sebanyak tiga kali.

Sebelum itu ada banyak pameran di Yogya, salah satunya yang menarik perhatian dan saya ikut jadi peserta adalah Kampung Buku Jogja (KBJ). KBJ menjadi agak berbeda karena pameran itu sangat selektif menampilkan buku-buku yang dipamerkan. 

KBJ pertama konsepnya mirip sebuah pesta kebun yang di gelar outdoor. Pameran ini juga menampilkan pertunjukan musik. Mereka juga sempat mendatangkan sastrawan Seno Gumira Ajidarma. Di acara itu lah pertama kalinya saya mesti bicara depan publik buku. 

Panitia memaksa saya duduk di panggung bersama dua orang kawan lainnya. Grogi? Tentu saja! Mereka yang hadir bukan Cuma pengunjung biasa, tapi banyak tokoh dunia penerbitan Yogya, antara lain pak Buldhan, pemilik penerbit Bentang budaya sebelum di akuisisi Mizan. Lalu ada juga pemilik Diva Press dan lain-lain. Di acara itu pula saya pertama kali melihat Muhidin M. Dahlan. Beliau bukan Cuma penulis, tapi juga memiliki penerbitan IBOEKOE dan sebuah ruang berhubungan dengan literasi, Warung Arsip.

Saya tak pernah sekolah tinggi. Pendidikan formil saya hanya sampai kelas 6 SD, tapi hingga detik ini saya tetap berkutat dengan buku, bersetia menjadi pedagang buku yang juga senang menulis. Terlampau banyak yang ingin saya tulis di sini, tapi cukup sekian saja dulu. Yang pasti buku adalah hidup saya, ia telah memberi banyak hal, teman, sedikit uang untuk hidup dan juga cinta.

-Tangsel 24 Januari 2021-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun